Wanaloka.com – Peristiwa iklim ekstrem biasa dikaitkan dengan kekeringan dan banjir. Dua unsur itu acapkali menjadi penyebab gagal panen. Namun upaya antisipasi untuk mengurangi dampak iklim ekstrim yang telah dilakukan hanya difokuskan pada mitigasi kerusakan, bukan upaya pencegahan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggagas pelaksananaan Sekolah Lapang Iklim Tematik untuk meningkatkan aksesibilitas dan pemanfaatan iklim bagi petani dan penyuluh. Tujuannya, pertama, untuk mentransfer pengetahuan tentang ilmu iklim dasar kepada para pemangku kepentingan. Dan agar tujuannya tercapai, istilah-istilah teknis dalam informasi iklim BMKG diterjemahkan ke dalam bahasa sehari-hari yang praktis dan mudah dipahami.
Kedua, SLI Tematik membantu petani memahami informasi iklim (prakiraan) untuk mendukung kegiatan pertanian mereka. Terutama menentukan awal tanam dan dalam memilih varietas tanaman yang tepat, berdasarkan variabilitas iklim dan kondisi iklim saat ini.
Baca Juga: Prakiraan Ahli Iklim Nasional, Awal Penghujan September-November 2022
Dan harapannya, SLI dapat memperkuat ketahanan pangan nasional, mewujudkan kedaulatan pangan, kesejahteraan petani, sekaligus mengantisipasi dampak perubahan iklim.
“SLI adalah program belajar sambil bekerja sehingga petani mampu meningkatkan kemampuan beradaptasi secara tepat dalam menghadapi risiko cuaca dan iklim ekstrem,” kata Plt. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Urip Haryoko saat membuka SLI tematik di Subak Delod Sema, Kabupaten Badung, Mei 2022.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menambahkan, petani menjadi kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim. Kejadian iklim ekstrem akan menyebabkan kegagalan panen dan tanam yang berujung pada penurunan produktivitas dan produksi akibat banjir dan kekeringan, peningkatan suhu udara, dan intensitas serangan hama.
SLI diharapkan mampu mendongkrak produktivitas pertanian dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Mengingat petani umumnya telah memiliki kearifan lokal turun menurun mengenai cuaca. Perpaduan keduanya diharapkan dapat meminimalisir dampak buruk yang diakibatkan oleh cuaca dan iklim di kegiatan pertanian.
Baca Juga: Gerakan Global Climate Srike: Waktu Kian Sempit, Bumi Serukan Darurat Iklim
Cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap pertanian. Di sektor pertanian, cuaca dan iklim berpengaruh terhadap jenis tanaman yang akan ditanam dan waktu tanam.
“Kondisi cuaca dan iklim harus diperhitungkan betul dalam setiap aktivitas pertanian. Kekeringan yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi dapat berdampak buruk pada hilangnya produktivitas tanaman,” tutur Dwikorita saat membuka SLI di Magelang, Juli 2022.
Materi-materi dalam SLI, antara lain pemahaman tentang cuaca dan iklim, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengamatan cuaca dan iklim, pengelolaan sumber daya air melalui praktik Subak, serta adopsi dan kelanjutan pengetahuan kearifan lokal tentang praktik penanggalan tanam Sasih.
Discussion about this post