Wanaloka.com – Masyarakat Desa Sendang Sari, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dikejutkan guncangan gempa bumi dengan Magnitudo 4,1, Kamis, 25 Juli 2024, pukul 17.36.41 WIB. Sebelumnya, pukul 04.01.58 WIB pagi sudah didahului gempa berkekuatan M3,6. Dan guncangan gempa bumi tersebut berlanjut hari ini, Jumat, 26 Juli 2024, pukul 10.49.45 WIB berkekuatan M3,9.
“Tiga gempa bumi di Kuningan itu satu rangkaian di jalur Sesar Ciremai. Itu merupakan jenis gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif,” jelas Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam akun X @DaryonoBMKG, Kamis, 26 Juli 2024.
Gempa kedua merupakan gempa terkuat dengan intensitas mencapai IV MMI (Modified Mercalli Intensity) yang bersifat merusak. Sebab guncangannya diketahui telah menyebabkan 1 bangunan masjid dan 3 unit rumah rusak ringan. Juga karena kedalaman gempa sangat dangkal, yakni gempa pertama sedalam 6 km, gempa kedua 5 km dan gempa ketiga 8 km.
Baca Juga: UU Masyarakat Adat adalah Janji Pilpres 2014 yang Belum Dipenuhi
Berdasarkan catatan sejarah, gempa tektonik telah melanda wilayah Gunung Ciremai di Kuningan dan sekitarnya beberapa kali, seperti pada tahun 1947, 1955 dan 1973. Daryono menduga, penyebabnya berkaitan dengan struktur sesar aktif yang melintas di wilayah tersebut.
Kemudian pada 29 September 2019, gempa berkuatan M2,9 juga mengguncang Kuningan. Gempa itu dirasakan sampai di Cikijing, Kadugede, Sangkanurip, Kalimanggis dan Bojong. Sebelumnya pada tahun yang sama, tepatnya 25 Juni 2019 juga terjadi gempa M2,6. Juga gempa berkekuatan M3,1 pada 8 Februari 2018.
“Dan Sesar Ciremai ini yang menyebabkan wilayah Kuningan dan sekitarnya kerap dilanda gempa bumi,” kata Daryono.
Baca Juga: Jerit Suku Anak Dalam, Hutan Adat Jantung Kehidupannya Dirampas
Sesar Ciremai merupakan sesar aktif. Menurut data Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN) 2017, sesar tersebut memiliki magnitude tertarget mencapai 6,5 dengan laju geser sesar 0,1 milimeter per tahun.
Sementara Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menjelaskan, morfologi wilayah terdampak gempa umumnya berupa dataran hingga dataran bergelombang dan perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal. Berdasarkan data Badan Geologi, daerah di sekitar lokasi pusat gempa bumi tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C).
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Discussion about this post