Gunung Karangetang merupakan gunung api strato yang secara geografis terletak pada posisi koordinat 20 47’Lintang Utara dan 1250 24′ Bujur Timu. Gunung dengan ketinggian 1.784 meter di atas permukaan laut itu secara administratif berada di Pulau Siau di wilayah Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara. Secara visual dan instrumental, gunung api ini bisa diamati dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah.
Penurunan status itu antara berdasarkan pengamatan visual Perioda 1 – 28 November 2023. Bahwa aktivitas erupsi secara visual tidak terjadi, guguran lava dari kawah utama tidak teramati, baik siang maupun malam, sinar api masih tampak maksimum 10 meter di atas kubah. Kondisi kawah utara teramati asap kawah putih tipis hingga sedang tinggi maksimum 200 meter. Pada malam hari masih tampak ada api diam di tubuh kubah lava, guguran tidak teramati.
Sedangkan pengamatan instrumental kegempaan periode 1 – 28 November 2023 terekam 5 kali gempa guguran, 90 kali gempa hembusan, 68 kali gempa hybrid (fase banyak), 19 kali gempa vulkanik dalam, 4 kali gempa tektonik lokal, 2 kali gempa terasa skala lI – IV MMI dan 192 kali gempa tektonik jauh, serta 1 kali gempa tremor menerus.
Baca Juga: Walhi: Proyek Tol Yogya-Solo Akibatkan Tambang Liar dan Langgar Tata Ruang
“Jadi aktivitas vulkanik menunjukan penurunan. Gempa guguran yang menjadi indikasi erupsi efusif (luncuran lava) juga menurun. Suplai magma juga berkurang,” jelas Hendra.
Sementara Data RSAM (real seismic amplitude measurement) menunjukan penurunan sejak 27 November 2023. Begitu pula data deformasi (Tiltmeter) terlihat pada sumbu Y dan sumbu X menunjukan deflasi, sehingga aktivitas vulkanik Gunung Karangetang menurun. Berdasarkan rekaman anomali panas yang terdeteksi citra satelit Terra dan Aqua di permukaan kawah Karangetang menunjukan penurunan berada pada level low sejak September 2023.
“Dengan rekomendasi yang disesuaikan,” ujar Hendra Gunawan di Bandung pada 30 November 2023.
Baca Juga: Kisah Badak Delilah, Sempat Henti Nafas Semenit Usai Lahir
Meski demikian, masyarakat dan wisatawan tetap tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 1,5 km dari kawah utama (selatan) dan kawah II (utara), serta sektoral 2,5 km pada arah barat daya dan selatan. Mengingat potensi adanya awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh atau longsor bersamaan dengan keluarnya lava.
“Masyarakat sekitar dianjurkan untuk menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu,” imbuh Hendra. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM, Magma Indonesia
Discussion about this post