Wanaloka.com – Vegan Squad, organisasi non-profit berbasis komunitas yang bekerja untuk mendukung dan mengkampanyekan gaya hidup vegan yang ramah lingkungan menggelar aksi dan menyampaikan surat terbuka untuk Presiden Prabowo Subianto kepada publik pada 2 November 2024. Surat terbuka itu disampaikan dalam rangka peringatan Hari Vegan Sedunia pada 1 November.
Bahwa bangsa-bangsa di dunia tengah menghadapi masalah besar atau ancaman serius terkait perubahan iklim akibat pemanasan global yang disebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Selama emisi gas rumah kaca terus meningkat, pemanasan global akan terus memburuk.
“Hari Vegan Sedunia mengingatkan kita semua akan fakta bahwa apa yang kita konsumsi berkontribusi besar terhadap memburuknya perubahan iklim dan kerusakan lingkungan,” kata Koordinator Vegan Squad, Yogen M. Wijaya di Jakarta, 2 November 2024.
Baca Juga: Suadi, Kebijakan Hilirisasi Perikanan Perlu Perhatikan Kesejahteraan Nelayan
Laporan terbaru the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menegaskan, mengambil langkah cepat untuk mengatasi perubahan iklim dengan mengendalikan emisi adalah tindakan yang masuk akal secara ekonomi. Jika gagal mengendalikan emisi, maka beradaptasi terhadap kerusakan yang ditimbulkannya akan semakin sulit dan mahal di masa mendatang.
“Pilihan adaptasi yang ada juga akan semakin kurang efektif,” imbuh Yogen.
Fakta perubahan iklim
Yang memprihatinkan, adaptasi global secara keseluruhan belum mampu mengimbangi kecepatan dan tingkat peningkatan dampak dari perubahan iklim.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi hingga Setinggi 4 Kilometer
Pertama, The EU’s Copernicus Climate Change Service mencatat, pada Februari 2024, ambang batas pemanasan global 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris (2015) telah terlampaui.
Kedua, laporan yang disusun oleh Program Lingkungan PBB (UNEPP menyatakan, dunia berada di jalur menuju pemanasan global dahsyat, sementara kebijakan pengurangan karbon saat ini sangat tidak memadai sehingga pemanasan global bisa mencapai 3 derajat Celsius pada abad ini.
Ketiga, berdasarkan laporan yang ditulis lebih dari 1000 ilmuwan pada 2023, Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan peringatan keras: “Kita sudah mendekati titik tanpa harapan”.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi Lagi, BNPB Desak Percepatan Relokasi
Keempat, fakta tersebut menegaskan bahwa perubahan iklim akibat pemanasan global bukanlah masalah masa depan. Sekarang ini kita sudah melihat dan mengalami dampak buruknya secara luas dalam berbagai bentuk, di antaranya suhu udara yang semakin panas; meningkatnya permukaan air laut dan tenggelamnya daratan dan pulau-pulau akibat mencairnya es di kutub; meningkatnya intensitas bencana (banjir dan tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan, badai siklon).
Kemudian gelombang panas yang kian mematikan; iklim yang tidak menentu; munculnya berbagai macam penyakit; hilangnya beragam species; krisis pangan dan kelaparan. Dalam 30 tahun terakhir 28 triliun ton es di kutub mencair dan dunia kehilangan beragam spesies 1000 kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Apa yang dulu diprediksikan para ilmuwan, sudah terjadi sekarang dan bahkan lebih buruk dari yang diperkirakan.
“Jika pemanasan global tidak terkendali, diperkirakan populasi manusia akan berkurang hingga 75 persen akibat bencana, penyakit, kelaparan, dan kemiskinan,” kata Yogen.
Baca Juga: Warga Direlokasi Lebih 7 Kilometer dari Puncak Gunung Lewotobi Laki-laki
Discussion about this post