Kedua, hasil akhir penguraian sampah organik itu membuat maggot-maggot tersebut mengandung protein 40-50 persen, lemak 20 persen. Kandungan itu baik untuk pakan ternak unggas dan ikan. Selain itu kasgot alias bekass maggot menjadi pupuk yang baik untuk pertanian.
Saat ini, Endang membangun gerakan agar masyarakat mau memilah sampah melalui pemberdayan masyarakat. Mereka memilah sampah antara organik dan anorganik melalui bank sampah di tiap-tiap RW dan dasawisma. Sampah-sampah organik dikumpulkan dalam ember yang telah disediakan. Untk satu kilogram sampah organi yang dipilah dihargai Rp150 atau Rp3.500 per ember.
Baca Juga: Kantong Plastik Jadi Sampah Terbanyak dan Berbahaya, Ini Cara Mengatasinya
“Tapi kami bukan membeli sampah. Melainkan menghargai upaya pilah sampah,” kata Endang.
Mengingat bank sampah yang terbentuk hampir di setiap RW di Yogyakarta masih berfokus pada sampah anorganik. Pihaknya lebih mengkhususkan menjadi Bank Sampah Organik dan menjadi pusat pengelolaan sampah organik dengan teknik biokonversi maggot BSF.
Bisa Mengolah 2 Ton SOD Per Hari
Sampai hari ini, 13 RW di Kelurahan Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta telah terlibat dalam pengumpulan sampah organik melalui tiap-tiap dasawisma. Pihaknya menyediakan 2-3 ember atau satu RT bisa 6-8 ember. Dari 13 RW tersebut bisa terkumpul 300 kilogram sampah organik per hari.
Baca Juga: Gubernur di Jawa Disomasi, Gagal Urus Sampah dan Kualitas Air Sungai
“Ini masih jauh dari target kami. Karena volume sampah di Kricak lebih dari 9 ton. Separuh lebih organik,” imbuh Endang.
Sementara daya serap untuk mampu mengolah sampah organik berkisar 1-2 ton perhari. Sebelumnya, pihaknya dibantu Yayasan Yakkum untuk mengolah sampah dengan kapasitas 200 kilogram perhari. Saat ini mendapat bantuan dana CSR dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia dengan kapasitas 2 ton sampah organik dapur perhari. Dana CSR itu digunakan untuk membangun beberapa unit bangunan pendukung pengolahan sampah organik, seperti kandang lalat, rumah biopond, rumah raw material, ruang pembelajaran, dan mesin giling dengan kemampuan mengolah sampah 500 kilogram per jam.
“Harapannya, tak hanya satu kelurahan, tapi juga bisa melayani satu kecamatan,” kata Endang. [WLC02]







Discussion about this post