“Kesehatan mental harus ditangani secara terintegrasi agar pemulihan sosial dan ekonomi dapat berjalan seiring,” pesan psikolog itu.
Sementara Tim Kelompok Kerja 7 berperan dalam komunikasi publik dan advokasi kebijakan. Tim ini memastikan hasil kajian dan kerja lapangan terhubung dengan proses pengambilan keputusan nasional. Koordinasi dilakukan dengan pemerintah pusat, daerah, serta jejaring pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga: Kemenhut Izinkan Kayu Hanyut Dimanfaatkan Terbatas untuk Pemulihan Bencana Sumatra
UGM juga mendorong solidaritas jangka panjang melalui penguatan generasi muda di wilayah terdampak. Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas’udi menekankan pentingnya jejaring kolaboratif dalam mendorong kebijakan dan komunikasi publik yang berdampak positif ke masyarakat.
“Kami berupaya memastikan kontribusi akademik UGM masuk dalam kebijakan dan solidaritas nasional secara berkelanjutan,” ucap dia.
Pada sesi tanya jawab dengan awak media, perhatian tertuju pada rencana UGM akan membuka peluang akses bagi calon mahasiswa dari keluarga yang terdampak bencana di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Ova menjelaskan skema tersebut masih dalam tahap perancangan dan akan disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
UGM juga membuka peluang kolaborasi lintas perguruan tinggi serta dukungan pendanaan dari berbagai pihak. Inisiatif ini diarahkan untuk membangun ketahanan jangka panjang wilayah terdampak melalui pendidikan.
“Kami menyiapkan rancangan afirmasi pendidikan yang disesuaikan kebutuhan pemerintah daerah, melibatkan jejaring universitas. Juga membuka ruang dukungan pendanaan agar generasi muda di wilayah terdampak dapat bangkit dan berdaya,” imbuh Ova.
Tiga langkah IPB University untuk penyintas bencana Sumatra
IPB University juga menyiapkan sejumlah langkah untuk turut berkontribusi dalam menangani dampak bencana tersebut. Rektor IPB University, Alim Setiawan menyebut ada tiga langkah yang disiapkan, yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Jangka pendek adalah aksi tanggap darurat. Pada tahap ini, IPB University berkolaborasi dengan Aksi Relawan Mandiri (ARM) Himpunan Alumni (HA) IPB melakukan aksi quick respons dengan melakukan identifikasi kebutuhan di lokasi bencana.
Dalam aksi ini dilakukan penggalangan dana, pengiriman bantuan pangan, obat-obatan, pipanisasi untuk mengalirkan air bersih, paket peralatan internet berbasis satelit, hingga pengiriman dokter, dosen dan mahasiswa untuk melakukan pelayanan kesehatan dan gizi.
Selain itu juga melakukan pendampingan dan pemulihan psikis korban terutama bagi kelompok rentan, anak-anak, lansia, wanita hamil dan menyusui.
“ARM-HA menjadi ujung tombak IPB University dalam aksi-aksi lapangan di wilayah bencana,” kata Alim.
Baca juga: Walhi dan Anggota DPR Kritik Hasrat Prabowo Perluas Sawit di Papua, Mengulang Bencana Ekologis
Pada 6 Desember lalu, aksi Marandang Basamo (aksi memasak 1 ton rendang daging) dilakukan dengan kolaborasi beberapa pihak di antaranya Perhimpunan Alumni, Pelajar, dan Mahasiswa Minang (PAPMM) dan Paragon.
“Rendang ini dikemas dengan teknologi yang dikembangkan IPB sehingga awet untuk dikirim ke lokasi bencana,“ imbuh dia.
Selain rendang, juga mengirim produk pangan berbasis inovasi IPB University lain berupa nasi steril siap makan, bubur bayi dan lansia, sup krim, biskuit padat gizi, dan produk inovasi lainnya.
“Kami munculkan sentuhan inovasi IPB University dalam produk-produk tersebut, selain juga concern pada perlindungan kelompok rentan,” terang dia.
Tim IPB University yang turun ke lokasi bencana nantinya juga akan melakukan aktivitas edukasi kepada warga lokal di wilayah bencana maupun tim Kampus Posko dalam pembuatan produk pangan darurat tersebut.
Baca juga: Sidang Tokoh Adat Christian Toibo, Kuasa Hukum Ajukan Penangguhan Penahanan
Pada tahap jangka pendek ini, juga dilakukan identifikasi mahasiswa IPB University yang terdampak dengan membuat pendataan dan klasterisasi agar bantuan dapat terdistribusi secara merata. Salah satunya membuat program bantuan makan malam gratis, makan siang bersubsidi di Warung Kita (warung bersubsidi milik IPB untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan). Terdata lebih dari 2.000 mahasiswa IPB University terkena dampak bencana ini,.
Untuk jangka menengah (1–6 bulan ke depan), yaitu masa rehabilitasi. Kampus ini menyiapkan sejumlah langkah di antaranya penguatan transisi dari pangan darurat ke pangan yang lebih stabil, pemulihan psikososial lanjutan, reaktivasi pertanian, membangkitkan kembali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta peninjauan kembali uang kuliah tunggal (UKT) untuk mahasiswa terdampak bencana.
Kemdiktisaintek mendanai empat proposal yang diajukan IPB University untuk aksi tanggap darurat maupun rehabilitasi, yaitu distribusi logistik, layanan kesehatan dan gizi, pendampingan psikososial, serta mitigasi dan edukasi kebencanaan.
Sementara untuk jangka panjang, IPB University akan memberikan beragam kebijakan afirmasi yang akan diprioritaskan untuk daerah yang terkena bencana tersebut, seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik, program Dosen Mengabdi, beasiswa untuk mahasiswa baru asal wilayah bencana, serta beragam studi/kajian/policy brief kebencanaan. [WLC02]
Sumber: UGM, IPB University






Discussion about this post