“Tidur larut malam atau rencana perjalanan yang terlalu padat juga dapat menimbulkan post-holiday blues,” imbuh dia.
Bagaimana Penyembuhannya?
Perlu dimaknai kembali bahwa liburan berbeda dengan penyembuhan. Healing merupakan proses penyembuhan yang dibantu serta didampingi oleh pihak yang kompeten. Sedangkan liburan merupakan proses untuk mengistirahatkan diri.
“Perlu dimaknai ulang, jika jadwal liburannya padat, maka tidak ada proses penyembuhan,” papar alumni Psikologi Universitas Gadjah Mada tersebut.
Baca Juga: Punya Risiko Tinggi Diabetes, Lakukan Skrining Dini Setahun Sekali
Meredakan gejala PHB bisa dimulai dengan mengakui apa yang dirasakan dan menganggap hal tersebut wajar. Kemudian menceritakan masalah yang dihadapi kepada orang-orang yang dipercaya. Selain itu, melakukan olahraga ringan serta memperbanyak gerak juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kembali produksi hormon kebahagiaan, seperti endorfin dan dopamin.
Kemudian berlatih mengelola stres agar PHB tidak semakin parah. Seperti memahami masalah apa saja yang dapat memicu stres, menghindari pemicu stres, mengubah atau mengemukakan pikiran yang menyebabkan tertekan. Juga beradaptasi atau melatih keterampilan saat berada dalam situasi tidak nyaman, serta memahami bahwa tidak semua hal dapat dikendalikan.
Baca Juga: Selamat Jalan Hilman “Lupus” Hariwijaya…
Dengan berlatih mengelola stres, seseorang akan lebih mudah memahami bagaimana dirinya mengalokasikan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Liburan yang dilakukan pun bukan upaya untuk menghindar dari tanggung jawab, melainkan sebagai sarana istirahat.
“Perlu diingat, stres mengingatkan hal-hal berbahaya yang akan menjerumuskan kita. Reaksi kita lah yang menentukan kita dapat menghadapinya atau tidak,” ucap Toetiek. [WLC02]
Discussion about this post