Wanaloka.com – Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara dalam sepekan terakhir sejak 17 Agustus 2023 membuktikan kerusakan tutupan hutan semakin masif terjadi. Baik akibat penebangan liar, perkebunan sawit hingga pembukaan jalan baru, seperti pembangunan jalan tembus dari Jambur Latong, Kutacane sampai perbatasan Sumatera Utara.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Ahmad Salihin mengatakan pembukaan jalan baru tersebut dapat memicu illegal logging maupun konflik satwa dan kejahatan lingkungan lainnya.
“Jalan tersebut memudahkan para perambah hutan mengakses kawasan hutan untuk menebang kayu,” kata Ahmad Salihin dalam siaran pers yang diterima Wanaloka.com, Kamis, 24 Agustus 2023.
Baca Juga: Irmadita Citrashanty: Polusi Udara Berpotensi Akibatkan Kanker Kulit
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), sebanyak 5 kecamatan dan 28 gampong dikepung banjir. Lima kecamatan itu meliputi Kecamatan Bambel, Bukit Tusam, Lawe Sumur, Lawe Bulan dan Semadam. Dampak banjir dialami 8.101 jiwa dan 2.230 kepala keluarga. Belum ada laporan korban jiwa per 22 Agustus 2023. Sementara sebanyak 326 jiwa harus diungsikan.
Banjir tersebut juga merusak lahan padi 350,50 hektare dan lahan jagung 53 hektare. Bahkan dilaporkan jembatan Lawe Hijo Ampera putus. Dari total wilayah Kabupaten Aceh Tenggara 414.664 hektare, seluas 380.457 hektare (92 persen) masuk Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) di mana kawasan hutannya memiliki nilai konservasi tinggi.
Sedangkan KEL merupakan salah satu hamparan hutan hujan tropika terkaya di Asia Tenggara. Di sana juga menjadi lokasi terakhir di dunia yang ditempati gajah sumatera, badak sumatera, harimau sumatera, dan orang utan sumatra dalam satu area.
Baca Juga: Dua Tahun, 90 Spesies Baru Tumbuhan dan Satwa Liar Ditemukan
Mayoritas kerusakan tutupan hutan di Aceh Tenggara yang parah terjadi dalam Hutan Lindung (HL) dan Taman Nasional (TN) yang seharusnya dijaga dan dilindungi. Akibatnya, banjir mudah terjadi saat musim hujan dengan intensitas tinggi. Sebab daya tampung semakin berkurang karena hutan gundul.
Berdasarkan SK 580, dari 79.267 hektare luas hutan lindung di Aceh Tenggara, sekarang hanya tersisa 68.218 hektare. Artinya, pada 2022 terjadi kehilangan tutupan hutan seluas 11.049 hektare atau hampir dua kali lipat luasan Kota Banda Aceh.
Kemudian luasan Taman Nasional (TN) di Aceh Tenggara semula 278.205 hektare dan sekarang tersisa 257.610 hektare. Dengan demikian, terjadi kehilangan 20.595 hektare taman nasional pada 2022 atau hampir setara empat kali luasan kota Banda Aceh.
Baca Juga: Detik-detik Salju Abadi di Puncak Jaya Punah dan Jadi Monumen
“Kondisi hutan di Aceh Tenggara terus menyusut setiap tahun sejak 2014. Ini jadi pemicu mudah terjadi banjir bila hujan lebat melanda,” kata Salihin.
Padahal pohon memiliki fungsi menyerap air untuk mencegah banjir, terutama banjir bandang. Sebab pohon menjadi penghalang air banjir, sehingga air meresap dan banjir dapat teratasi. Jika hutan sudah gundul, maka tidak ada lagi yang menahan air.
Discussion about this post