Minggu, 26 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Waspadai Peningkatan Limbah Pakaian Setiap Lebaran

Baju baru ternyata menimbulkan ancaman peningkatan limbah lingkungan. Mengapa?

Selasa, 3 Mei 2022
A A
Ilustrasi baju baru. Foto JamesDeMers/pixabay.com.

Ilustrasi baju baru. Foto JamesDeMers/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Membeli baju baru, termasuk mukena dan sarung baru masih menjadi bagian tradisi Lebaran di Indonesia. Peningkatan pembelian pakaian akan menghadirkan keuntungan yang besar bagi pedagang. Omzet yang didapatkan para pedagang baju dapat meningkat hingga dua kali lipat. Padahal tradisi ini diam-diam membawa ancaman bagi lingkungan. Mengapa?

Saat permintaan baju meningkat, unit produksi yang ada di hulu akan menggunakan sumber daya bahan baku yang lebih banyak. Kondisi ini akan mendatangkan ancaman bagi lingkungan, yakni peningkatan produksi limbah tekstil.

Sementara itu, di bagian hilir atau unit penjualan akan mengalami limpahan baju bekas yang banyak. Baju-baju bekas tersebut membutuhkan perawatan ekstra untuk dapat dijual kembali. Perawatan ekstra ini dapat berupa pencucian yang membutuhkan deterjen yang cukup banyak. Cara-cara tersebut dapat meningkatkan produksi limbah fesyen di lingkungan.

Baca Juga: Ini Cara Bijak Mengelola Uang THR agar Tak Cepat Habis

Menurut pakar lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Prabang Setyono, budaya simbolik baju lebaran memiliki makna positif. Namun harus diimbangi dengan sikap bijak berpakaian.

“Tidak harus dengan baju baru, tapi baju yang bagus yang tersimpan lama, tapi belum dipakai atau jarang dipakai saja,” kata Prabang.

Bagi masyarakat yang sudah telanjur membeli baju baru, Guru Besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan ini menyarankan masyarakat menggunakan sistem sirkuler baju layak pakai. Sistem ini dapat dipahami sebagai penyaluran baju-baju yang dianggap sudah kekecilan atau tidak tren, tapi masih bisa dipakai kepada masyarakat yang membutuhkan. Alih-alih membuang, sistem sirkuler penyaluran ini tidak akan menimbulkan limbah bahan tekstil dari baju tersebut.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Konservasi lingkunganLebaranlimbah bahan tekstillimbah pakaianUNS

Editor

Next Post
Ilustrasi anak sakit. Foto Vic_B/pixabay.com.

170 Lebih Pasien Anak dari 12 Negara Hepatitis Akut, WHO Tetapkan Status KLB

Discussion about this post

TERKINI

  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Dosen Departemen Geografi Lingkungan UGM, Dr. Emilya Nurjani. Foto kagama.co.Emilya Nurjani, Sampaikanlah Peringatan Dini Cuaca Ekstrem dengan Bahasa Mudah Dipahami
    In Sosok
    Jumat, 24 Oktober 2025
  • Ilustrasi kearifan lokal masyarakat adat Kasepuhan Girijaya di Sukabumi, Jawa Barat. Foto Dok. IPB University.Belajar dari Kearifan Lokal Kasepuhan Girijaya dan Tahura Atasi Perubahan Iklim
    In Rehat
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi Walhi tolak PLTGU Batang. Foto Dok. Walhi.Walhi Tolak Proyek PLTGU Batang, Gunakan Gas Fosil Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca
    In Lingkungan
    Kamis, 23 Oktober 2025
  • Ilustrasi biwak yang diperjualbelikan di Indonesia. Foto tomas_a_r_81/pixabay.com.Perdagangan Biawak Diperbolehkan, Tapi Jangan Merusak Ekosistem
    In News
    Rabu, 22 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media