Wanaloka.com – Dosen Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Fakutas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Apoteker Yeni Farida mengungkapkan, kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Acute Kidney Injury/AKI) pada anak bukanlah kali pertama. Wabah pertama adalah Massengill pada 1937 di Amerika Serikat akibat penggunaan obat sirup sulfanilamide yang mengandung pelarut etilen glikol. Jumlah korban meninggal sebanyak 107 orang dan sebagian besar anak-anak.
Berdasarkan studi kasus yang terpublikasi di JAMA Network, kasus lain terjadi di Haiti pada 1998. Dilaporkan ada 109 kasus gagal ginjal akut pada anak hingga menyebabkan 85 kematian akibat penggunaan sirup yang menggunakan bahan tambahan dietilen glikol.
Etilen glikol (EG) dan Dietilen glikol (DEG) adalah alkohol, cairan tidak berwarna, sedikit kental dengan bau yang menyenangkan, dan rasa manis. Fungsinya sebagai pelarut. Setelah dikonsumsi, DEG dengan cepat diserap dan didistribusikan ke dalam tubuh. Metabolisme utamanya terjadi di hati, kemudian dieliminasi secara cepat melalui ginjal, baik zat utama maupun metabolitnya, yaitu asam 2-hidroksietoksiasetat (HEAA).
Baca Juga: Cegah Gagal Ginjal Akut, Kemenkes Imbau Obat Sirup Tak Diberikan untuk Anak
“Saat ini, mekanisme toksisitas akibat DEG maupun EG belum diketahui secara jelas. Tapi zat ini dicurigai akibat metabolitnya, yaitu HEAA,” terang Yeni, Rabu, 19 Oktober 2022.
Dampak Keracunan DEG
Keracunan DEG dapat menimbulkan berbagai efek klinis yang terbagi tiga tahap. Tahap pertama terdiri atas gejala gastrointestinal, yaitu mual muntah yang berkembang menjadi sidosis metabolik. Tahap kedua dengan asidosis metabolik yang lebih parah dan bukti gangguan ginjal. Jika tidak ada perawatan suportif yang tepat, maka dapat menyebabkan kematian. Tahap ketiga dialami pasien yang stabil, tetapi dengan berbagai gejala gangguan neurologis (syaraf).
Dosis DEG yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas manusia tidak diketahui jelas. Namun berdasarkan laporan setelah beberapa epidemi keracunan massal, sekitar 1 mL/kg DEG murni.
Baca Juga: Gagal Ginjal Akut pada Anak Capai 189 Kasus, Waspada Gejala Khasnya
“Interval waktu dari paparan DEG pertama dan terakhir hingga timbulnya gejala menunjukkan gejala muncul dalam waktu singkat. Keracunan dengan DEG paling sering diamati terkait dengan kontaminasi produk farmasi yang dapat dicerna,” papar Yeni.
DEG dan EG Sudah Dilarang di Indonesia
Sementara obat pereda panas seperti paracetamol maupun obat batuk pilek yang mengandung paracetamol yang dikonsumsi anak-anak biasanya berbentuk sirup. Sirup tersebut disinyalir penyebab kematian 70 anak akibat gagal ginjal akut di Gambia, Afrika Barat. Lantaran obat dalam sediaan sirup tersebut mengandung dietilen glikol maupun etilen glikol. Meskipun belum bisa disimpulkan penyebab kasus di Indonesia sama dengan di Gambia, Yeni juga mengimbau masyarakat berhati-hati dalam memberikan obat sediaan sirup, khususnya yang mengandung paracetamol kepada anak-anak.
Discussion about this post