Sejatinya, mangrove memiliki fungsi dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat pesisir, baik secara ekologi maupun ekonomi. Perlu ada kegiatan yang dapat memberi informasi menyeluruh kepada masyarakat dan memberikan pandangan yang lengkap terkait ekosistem mangrove.
“Dalam pengelolaan ekosistem mangrove berbasis masyarakat, masyarakat Indonesia masih menyukai ada reward pada sebuah kegiatan pengelolaan mangrove. Ini penting menjadi indikator dalam rehabilitasi mangrove dari sisi masyarakat,” imbuh Yonvitner.
Baca Juga: Solidaritas Nasional untuk Rempang: Peristiwa Rempang 7 September Pelanggaran HAM
Mangrove memegang peranan penting dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDG) pilar ke-14, yang berfokus pada tata kelola laut dan pantai di Indonesia secara berkelanjutan. Mangrove tidak hanya memiliki nilai yang sangat besar bagi masyarakat lokal, tetapi juga pada aspek memulihkan hutan bakau yang akan mendukung pencapaian banyak SDG lainnya. Termasuk pengentasan kemiskinan dan kelaparan (SDG 1 dan SDG 2), memastikan mata pencaharian dan pertumbuhan ekonomi (SDG 8), mengambil tindakan melawan dampak perubahan iklim (SDG 13) dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati (SDG 15).
“Jadi, mangrove mana yang akan kita pulihkan dan berapa besar serta berapa lama harus dipulihkan?” kata Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan itu.
Dalam menerbitkan wilayah landscape mangrove perlu dikomunikasikan bersama stakeholders baik pemerintah, swasta, masyarakat dan akademisi. Semua pihak dapat berkontribusi dalam pengelolaan dan atau rehabilitasi mangrove.
Kesatuan landscape mangrove yang menjadi objek pengelolaan menjadi sorotan perlu segera disusun regulasi dalam pengelolaan mangrove nasional. Ia berharap akan terwujud berkelanjutan untuk kedaulatan masyarakat pesisir dan kebermanfaatan untuk pengelolaan mangrove. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post