Jumat, 27 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Ada Keberlanjutan Ekonomi Masyarakat dari Dampak Konservasi Kekayaan Hayati

Bumi Indonesia tengah menghadapi tekanan besar dalam dunia flora, mulai dari deforestasi, konversi lahan, perambahan hutan, hingga perubahan iklim. Tak sedikit spesies kini berada di ambang kepunahan.

Jumat, 2 Mei 2025
A A
Kantung semar, salah satu tanaman khas Indonesia. Foto ambquinn/pixabay.com.

Kantung semar, salah satu tanaman khas Indonesia. Foto ambquinn/pixabay.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kajian ilmiah dalam konservasi tidak berdampak secara instan. Namun, apabila dimanfaatkan secara tepat bisa mempunyai pengaruh yang sangat besar.

“Konservasi bukan hanya soal pelestarian. Juga tentang bagaimana kita mengelola kekayaan hayati secara berkelanjutan dengan pendekatan berbasis pengetahuan, teknologi modern, dan kearifan lokal,” ujar Kepala Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Asep Hidayat dalam Jamming Session Seri 1 Tahun 2025 bertema “Konservasi dan Pemanfaatan Tumbuhan Khas Indonesia” yang digelar secara daring, Kamis, 24 April2025.

Dalam kegiatan yang diinisiasi Kelompok Riset Autekologi Flora Endemik dan Dilindungi (AFEL) serta Kelompok Riset Autekologi Flora Perdagangan ini, ia menekankan peran strategis kajian ilmiah dalam mendukung konservasi keanekaragam hayati di Indonesia.

Baca juga: Anna Fatchiya, Program Adaptasi Dampak Perubahan Ikim Gagal Tanpa Libatkan Perempuan Petani

Asep juga menyoroti ancaman seperti alih fungsi lahan, deforestasi, dan perubahan iklim menjadi tantangan nyata. Apalagi ribuan spesies tumbuhan khas Indonesia bersifat endemik, langka, dan memiliki nilai ekologis, ekonomis, serta budaya yang tinggi. Upaya konservasi yang terintegrasi dan berkelanjutan penting dilakukan melalui kolaborasi lintas sektor berbasis data ilmiah.

“Kita sedang menghadapi tekanan besar dalam dunia flora, mulai dari deforestasi, konversi lahan, perambahan hutan, hingga perubahan iklim. Tak sedikit spesies kini berada di ambang kepunahan,” kata dia.

Menurut dia, dibutuhkan ruang strategis untuk mempertemukan akademisi, peneliti, pembuat kebijakan, dan praktisi. Meski forum ini bersifat informal, tujuannya jelas, yakni mendorong kolaborasi, memperkaya pengetahuan bersama, dan memetakan arah riset serta inovasi, khususnya terkait konservasi dan pemanfaatan tumbuhan khas Indonesia. Sebut saja, seperti Nepenthes ataupun spesies lain yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi tinggi.

Baca juga: Menolak Tambang, Masyarakat Adat Halmahera Timur Alami Represi Polisi

Ia berharap, forum ini dapat melahirkan inovasi dan rekomendasi konkret yang memperkuat kebijakan konservasi. Serta mendorong pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan dan memberi nilai tambah bagi masyarakat.

Kerja sama selamatkan tanaman langka

Ketua Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI), Tukirin Partomihardjo menyampaikan tantangan dalam konservasi tumbuhan khas Indonesia. Mengingat tujuan konservasi adalah tidak hanya melestarikan keanekaragaman hayati, namun juga menjaga sistem pendukung kehidupan sekaligus memastikan pemanfaatannya yang berkelanjutan.

Dari sekitar 6.500 spesies tumbuhan yang sudah dikaji statusnya, sebanyak 21,4 persen tumbuhan terancam punah, 1 jenis sudah punah dan 2 jenis punah di alam. Sementara pemerintah baru menetapkan 116 spesies atau 13 persen tumbuhan.

Baca juga: Neng Eem, Nasib Masyarakat Adat Terlunta-lunta di Tanah Sendiri

Tukirin menekankan pentingnya konservasi tumbuhan khas Indonesia sebagai langkah terpadu untuk menjaga kelestarian dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Ia menyoroti strategi konservasi perlu mencakup perlindungan habitat, pengelolaan kawasan secara berkelanjutan, dan restorasi lahan terdegradasi.

“Jadi penting kerja sama berbagai stakeholder, akademisi, peneliti dan masyarakat untuk penyelamatan pohon langka di Indonesia,” tegas dia.

Sementara Peneliti PREE, Muhammad Mansur menyampaikan hasil-hasil penelitiannya yang sudah dilakukan lebih dari 30 tahun mengenai “Keanekaragaman Nepenthes di Pulau Sumatra, status konservasi dan budidayanya”.

Baca juga: Bulan Purnama, Waspada Potensi Banjir Rob di Pesisir Surabaya Hingga 5 Mei 2025

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: BRINkantung semarkeanekaragaman hayatikekayaan hayatiPusat Riset Ekologi dan Etnobiologispesies lokal

Editor

Next Post
Kawasan Konservasi Ilmiah Karangsambung di Kebumen, Jawa Tengah. Foto Dok. BRIN.

Karangsambung, Laboratorium Alam yang Rekam Sejarah Geologi Pulau Jawa

Discussion about this post

TERKINI

  • Lahan proyek food estate yang memakan lahan hutan. Foto Dok. Greenpeace.Komisi IV DPR Janji Undang Aktivis Lingkungan untuk Bahas UU Baru Kehutanan
    In News
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Patroli tim Manggala Agni pasca kebakaran hutan di TNTN, Mei 2025. Foto TNTN.Walhi Riau Ingatkan Penertiban Taman Nasional Tesso Nilo Jangan Represif dan Militeristik
    In Lingkungan
    Kamis, 26 Juni 2025
  • Bentrokan di Pulau Rempang, Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada Kamis, 7 September 2023, terkait proyek pembangunan kawasan Rempang Eco-City. Foto walhiriau.or.id.Seruan Tokoh Lintas Agama, Tolak PSN yang Merusak Lingkungan dan Menggusur Rakyat
    In Lingkungan
    Rabu, 25 Juni 2025
  • Proses evakuasi wisatawan asal Brazil, Juliana Marins dengan tali lifting, 24 Juni 2025. Foto Basarnas.Jenazah Wisatawan Brazil Telah Dievakuasi dari Danau Segara Anak Gunung Rinjani
    In Traveling
    Rabu, 25 Juni 2025
  • Otter atau berang-berang. Foto KnipsKaline/pixabay.Satwa Langka Kucing Merah Kalimantan dan Otter Civet Muncul Kembali
    In Rehat
    Selasa, 24 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media