Erupsi Gunung Lamongan terakhir terjadi pada bulan Februari 1898 atau sekitar 126 tahun lalu, berupa erupsi dahsyat di suatu titik yang menghasilkan bukit baru (Gunung Anyar). Setelah itu, aktivitas di kompleks Gunung Lamongan berupa peningkatan aktivitas kegempaan lokal yang menyebabkan terjadinya retakan tanah, seperti yang terjadi pada tahun 1925, 1978, 1985, 1988, 1989, 1991, 2005, dan 2012.
Radius aman Lewotobi Laki-laki 3,5 km
Sementara berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental PVMBG, juga terjadi peningkatan aktivitas vulkanik pada Gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Tingkat aktivitas Gunung Api Lewotobi Laki-laki tetap pada Level III (SIAGA). Namun mengalami perubahan zona rekomendasi aman terhitung mulai tanggal 1 November 2024 pukul 23.00 WITA.
Baca Juga: Gamahumat, Ekstraksi Batu Bara Kalori Rendah untuk Soil Stabilizer
Bahwa masyarakat di sekitar gunung dan pengunjung atau wisatawan direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3,5 km dari pusat erupsi. Mereka juga diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar hujan di sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Lewotobi Laki-laki apabila terjadi hujan.
Masyarakat, pemerintah daerah, dan instansi terkait dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi Gunung api Lewotobi Laki-laki melalui aplikasi/website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id) dan media sosial @pvmbg_ (Facebook, Twitter, dan Instagram), serta website Badan Geologi (www.geologi.esdm.go.id).
“Tingkat aktivitas gunung ini akan dievaluasi kembali secara berkala atau apabila terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dan rekomendasi gunung ini tetap berlaku selama surat atau laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan,” tutur Wafid. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post