Wanaloka.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) dengan menyasar berbagai komoditas unggulan pertanian. Salah satunya komoditas kopi di Desa Jambon, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
“Mengingat Temanggung menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka SLI di Temanggung pada 18 Maret 2023.
Tercatat hingga kini, lahan perkebunan kopi di Temanggung telah mencapai 9,536,37 hektare atau 23,99 persen dari total luas tanaman kopi di Jawa Tengah. Temanggung juga memberikan kontribusi untuk total produksi kopi Jawa Tengah sebesar 11.560,27 ton atau 56,97 persen dari total produksi kopi Jawa Tengah. Merujuk data 2014, produksi kedua jenis kopi di sana signifikan, yakni 2,4 juta ton untuk arabika dan 10,2 juta ton untuk robusta.
Baca Juga: Solidaritas Akademisi Menolak Konsinyasi untuk Warga Wadas
Dwikorita menjelaskan, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim lewat SLI. Mengingat pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga berkaitan dengan cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim ekstrem dapat mempengaruhi produksi sektor pertanian.
BMKG memprediksi sekitar Juni – Juli 2023 akan terjadi El Nino yang dapat mempengaruhi musim kemarau yang cenderung lebih kering daripada normalnya di daerah Temanggung. Untuk mengantisipasi kekeringan adalah dengan menampung air hujan yang masih turun untuk persediaan air.
“Kalau petani kopi tidak dibekali informasi iklim, tingkat kegagalan (panen) tinggi dan berdampak produksi kopi secara nasional,” kata Dwikorita.
Baca Juga: Penyakit Ketinggian Saat Naik Gunung, Cegah dengan Persiapan
Sementara Indonesia adalah salah satu negara produsen dan eksportir kopi terbesar di dunia. Berkaitan dengan komoditi-komoditi agrikultur, kopi adalah penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet dan kakao.
Artinya, lanjut Dwikorita, sebagai komoditas unggulan, industri kopi telah berkontribusi sebagai pendorong pendapatan petani kopi, sumber devisa negara, penghasil bahan baku industri, hingga penyedia lapangan pekerjaan melalui kegiatan pengolahan, pemasaran, serta perdagangan ekspor dan impor.
SLI, menurut Dwikorita, merupakan bagian dari komitmen BMKG memajukan pertanian Indonesia. Usai petani mendapat pembekalan ilmu tentang cuaca dan iklim, volume produksi dan kualitas kopi Indonesia ke depan diharapkan semakin meningkat dan stabil sehingga daya saing kopi di pasar internasional semakin kuat.
Baca Juga: Yang Dilakukan Ketika Digigit Ular di Alam Bebas
“Bagaimanapun cuaca dan iklim sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian dan perkebunan, serta ketahanan pangan suatu negara. Hilirnya tentu saja kesejahteraan para petani juga akan meningkat dan angka kemiskinan menurun,” tambah Dwikorita.
Discussion about this post