Selasa, 16 September 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Antisipasi Iklim Ekstrem, BMKG Muktahirkan Data Normal Hujan

Kamis, 6 Januari 2022
A A
Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.

Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – BMKG usai merampungkan pemutakhiran basis data normal hujan periode 1991-2020. Pemutakhiran dilakukan agar basis data itu bisa digunakan sebagai acuan kondisi iklim. Sekaligus melaksanakan amanat World Meteorogical Organization (WMO) yang mengharuskan Badan Meteorologi tiap negara di dunia melakukan pemutakhiran secara serempak. Sebelumnya, Indonesia mengacu pada basis data normal hujan periode 1981-2010.

“Normal hujan periode 1991-2020 ini menjadi titik krusial yang akan menjadi base line berbagai macam informasi berkaitan dengan iklim. Paling tidak selama 10 tahun mendatang,” kata Kepala BMKG Prof Dwikorita Karnawati dalam Exposes Normal Hujan melalui virtual meeting yang diikuti seluruh Kepala Unit Pelaksana Teknis Bidang Klimotologi dan Pusat Klimatologi BMKG sebagaimana dilansir dalam lama bmkg.go.id, Rabu, 5 Januari 2022.

Pemutakhiran diperlukan karena masyarakat Indonesia sudah banyak yang merasakan peranan informasi iklim dari BMKG. Terutama masyarakat aktivitas dan mata pencahariaannya terkait sektor pertanian, ketahanan pangan, pengurangan risiko bencana, energi, kesehatan dan air.

Baca Juga: Ini Penjelasan BMKG Soal Pesan Berantai Cuaca Dingin Awal 2022 Sebab Aphelion

Mengingat konsekuensi logis dari penerapan normal baru antara lain dapat menggeser sudut pandang terhadap kejadian anomali iklim. Peristiwa-peristiwa iklim ekstrem atau penyimpangan iklim dapat meningkatkan risiko kegagalan yang berpotensi merugikan masyarakat.

“Persoalannya, itu bisa dianggap hal yang biasa, karena semakin sering terjadi,” kata Dwikorita.

Dia mencontohkan sektor pertanian. Kondisi penyimpangan iklim seperti kekeringan yang panjang atau banjir dan genangan dapat memicu terjadinya gagal panen. Lantaran sudah dianggap biasa, bisa jadi tidak dilakukan penanganan secara proporsional.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: banjirBMKGIklim ekstremkekeringanKepala BMKG Dwikorita Karnawatinormal hujan

Editor

Next Post
Elyana Mahadevi, mahasiswi Teknik Lingkungan ITB. Foto itb.ac.id.

Elnaya Mahadevi: Perubahan Iklim 10 Tahun Terakhir Benar-benar Drastis

Discussion about this post

TERKINI

  • Demonstrasi untuk mendesak penutupan TPL, Juli 2025. Foto Dok. AMAN.Komisi XIII DPR Soroti Dugaan Pelanggaran HAM terhadap Masyarakat Adat Tapanuli Raya
    In News
    Jumat, 12 September 2025
  • Bangunan roboh dampak angin kencang yang melanda wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Foto Dok BNPB.Hujan Lebat dan Angin Kencang Mengintai 12-18 September 2025
    In News
    Jumat, 12 September 2025
  • Kepala BNPB di antara pengungsi banjir di Bali, 11 September 2025. Foto Dok. BNPB.Tukad Meluap Semalam di Bali, 16 Warga Tewas dan 552 Warga Mengungsi
    In Bencana
    Jumat, 12 September 2025
  • Ilustrasi aplikasi. Foto MariusMB/pixabay.com.Aplikasi SisaJadi, Berdayakan UMKM Kurangi Food Loss hingga Swasembada Pangan
    In IPTEK
    Kamis, 11 September 2025
  • Sampah organik dari sisa makanan program MBG di SPPG Sayang-Sayang, Mataram, NTB. Foto Dok. KLH.Potret Baik Buruk Pengelolaan Sampah Sisa Makanan Program MBG
    In Lingkungan
    Kamis, 11 September 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media