Selasa, 17 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Cara Mengontrol Populasi Kucing, Kastrasi Jantan atau Alat Kontrasepsi Alami?

Cara mengendalikan populasi kucing tidak hanya lewat sterilisasi kucing betina. Melainkan juga melalui jantan. Bagaimana caranya?

Selasa, 1 November 2022
A A
Ilustrasi kucing yang menjalani kastrasi. Foto Kirgiz03/pixabay.com

Ilustrasi kucing yang menjalani kastrasi. Foto Kirgiz03/pixabay.com

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Populasi kucing liar terus meningkat di perkotaan. Satu ekor kucing betina bisa melahirkan 2-4 ekor, bahkan lebih. Peningkatan populasi kucing liar acapkali menimbulkan permasalahan baru. Perlu upaya mengontrol populasi kucing sebagai upaya bijak dibandingkan melakukan depopulasi massal. Bagaimana caranya?

Upaya yang biasa dilakukan adalah sterilisasi terhadap kucing betina. Namun, menurut Pakar Reproduksi Veteriner Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi, dokter hewan Ragil Angga Prastiya, cara tersebut terkendala biaya yang tinggi.

Baca Juga: Bekal Bertahan Hidup di Hutan yang Diajarkan di IPB University

“Biaya sterilisasi kucing betina itu mahal,” kata Ragil.

Alternatifnya adalah melakukan sterilisasi terhadap kucing jantan. Istilahnya, kastrasi kucing jantan. Ternyata biaya yang dikeluarkan lebih murah. Selain itu, jumlah kucing jantan lebih sedikit daripada kucing betina di lingkungan kucing liar. Tindakan kastrasi kucing jantan menjadi pilihan yang tepat dalam percepatan kontrol populasi.

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca Yogyakarta Hari Ini

“Fokus ke kucing jantan saja. Apabila fokus ke yang betina, selain populasinya lebih tinggi, biaya yang diperlukan juga tinggi,” tutur Ragil.

Kastrasi dilakukan dengan mengambil sebanyak mungkin kucing jantan dalam suatu wilayah. Setelah dilakukan kastrasi, mereka tidak lagi memiliki keinginan untuk melakukan perkawinan dalam komunitasnya.

Baca Juga: Siapkan Stamina, Cuaca Jakarta Hari Ini Udara Cukup Terik dan Hujan Ringan

Mengapa kastrasi kucing jantan perlu dilakukan berdasarkan wilayahnya?

Lantaran kucing adalah hewan karnivora atau pemakan daging yang memiliki wilayah teritorial. Artinya, jika ada kucing jantan yang dominan, maka tidak akan ada kucing jantan lain yang masuk dalam wilayah tersebut.
Harapannya, kucing yang telah disterilisasi akan tetap menjadi pemimpin teritorial daerah tersebut.

Baca Juga: Kabar Duka dari PLG Way Kambas, Taufan Gajah Sumatera Mati Mendadak

“Kucing betina di dalam komunitas tersebut tidak akan hamil, karena jantannya telah disteril,” imbuh Ragil.

Dengan demikian, tak terjadi penambahan populasi kucing liar dalam komunitas tersebut. Upaya kontrol populasi kucing dilakukan dengan memegang prinsip animal welfare yang berperikehewanan. Perlu ada sinergi antara dokter hewan, komunitas peduli hewan, dan pemerintah melalui kegiatan sosialisasi kucing sebagai makhluk hidup yang harus disayangi.

Baca Juga: Pelajar Muhammadiyah Gelar Aksi untuk Iklim di 110 Titik: Waktu Kita Tidak Banyak

“Dengan sinergi dapat dilakukan kegiatan bakti sosial bersama. Dalam mengadakan ovariohysterectomy maupun kastrasi bersubsidi, bahkan gratis,” ujar Ragil.

Di sisi lain, rupanya ada upaya menekan populasi kucing yang belum ieksplorasi, yakni melalui kontrasepsi makanan. Cara itu berbeda dengan sterilisasi konvensional yang dilakukan dengan cara pembedahan secara fisik maupun dengan injeksi. Dan upaya tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis veteriner yang memiliki sertifikasi di bidangnya.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: animal welfarekastrasi kucingkontrasepsi alamikucingkucing betinakucing jantanpopulasi kucing

Editor

Next Post
Kota Subulussalam di Provinsi Aceh dilanda banjir dampak hujan lebat pada 31 Oktober 2022. Foto Dok BNPB.

Banjir Dampak Hujan Lebat di Aceh Terbukti

Discussion about this post

TERKINI

  • Dua perempuan menanam padi di sawah. Foto Wanaloka.com.Teknik Alternate Wetting and Drying Hasilkan Padi Berkualitas dan Rendah Karbon
    In IPTEK
    Senin, 16 Juni 2025
  • Ilustrasi emisi karbon akibat deforestasi. Foto bones64/pixabay.comDokumen Second NDC Disusun, Menhut Minta Lebih Realistis dan Teknokratis
    In News
    Senin, 16 Juni 2025
  • Peneliti Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB University, Maryati Surya. Foto Dok. IPB University.Maryati Surya, Tupai dan Bajing Itu Tak Sama
    In Sosok
    Minggu, 15 Juni 2025
  • Peresmian Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya BMKG di Badung, Bali, 14 Juni 2025. Foto Dok. BMKG.Gedung Backup Sistem Peringatan Dini Multi Bahaya Beroperasi 24 Jam Merespons Bencana
    In IPTEK
    Minggu, 15 Juni 2025
  • Keindahan pemandangan lautan di Raja Ampat, Ppaua Barat Daya. Foto Dok. Kemenpar.Pro Kontra Isu Tambang Nikel, Kemenpar Sebut Raja Ampat Aman Dikunjungi
    In Traveling
    Sabtu, 14 Juni 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media