Wanaloka.com – Populasi kucing liar terus meningkat di perkotaan. Satu ekor kucing betina bisa melahirkan 2-4 ekor, bahkan lebih. Peningkatan populasi kucing liar acapkali menimbulkan permasalahan baru. Perlu upaya mengontrol populasi kucing sebagai upaya bijak dibandingkan melakukan depopulasi massal. Bagaimana caranya?
Upaya yang biasa dilakukan adalah sterilisasi terhadap kucing betina. Namun, menurut Pakar Reproduksi Veteriner Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) Banyuwangi, dokter hewan Ragil Angga Prastiya, cara tersebut terkendala biaya yang tinggi.
Baca Juga: Bekal Bertahan Hidup di Hutan yang Diajarkan di IPB University
“Biaya sterilisasi kucing betina itu mahal,” kata Ragil.
Alternatifnya adalah melakukan sterilisasi terhadap kucing jantan. Istilahnya, kastrasi kucing jantan. Ternyata biaya yang dikeluarkan lebih murah. Selain itu, jumlah kucing jantan lebih sedikit daripada kucing betina di lingkungan kucing liar. Tindakan kastrasi kucing jantan menjadi pilihan yang tepat dalam percepatan kontrol populasi.
Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca Yogyakarta Hari Ini
“Fokus ke kucing jantan saja. Apabila fokus ke yang betina, selain populasinya lebih tinggi, biaya yang diperlukan juga tinggi,” tutur Ragil.
Kastrasi dilakukan dengan mengambil sebanyak mungkin kucing jantan dalam suatu wilayah. Setelah dilakukan kastrasi, mereka tidak lagi memiliki keinginan untuk melakukan perkawinan dalam komunitasnya.
Baca Juga: Siapkan Stamina, Cuaca Jakarta Hari Ini Udara Cukup Terik dan Hujan Ringan
Mengapa kastrasi kucing jantan perlu dilakukan berdasarkan wilayahnya?
Lantaran kucing adalah hewan karnivora atau pemakan daging yang memiliki wilayah teritorial. Artinya, jika ada kucing jantan yang dominan, maka tidak akan ada kucing jantan lain yang masuk dalam wilayah tersebut.
Harapannya, kucing yang telah disterilisasi akan tetap menjadi pemimpin teritorial daerah tersebut.
Baca Juga: Kabar Duka dari PLG Way Kambas, Taufan Gajah Sumatera Mati Mendadak
“Kucing betina di dalam komunitas tersebut tidak akan hamil, karena jantannya telah disteril,” imbuh Ragil.
Dengan demikian, tak terjadi penambahan populasi kucing liar dalam komunitas tersebut. Upaya kontrol populasi kucing dilakukan dengan memegang prinsip animal welfare yang berperikehewanan. Perlu ada sinergi antara dokter hewan, komunitas peduli hewan, dan pemerintah melalui kegiatan sosialisasi kucing sebagai makhluk hidup yang harus disayangi.
Baca Juga: Pelajar Muhammadiyah Gelar Aksi untuk Iklim di 110 Titik: Waktu Kita Tidak Banyak
“Dengan sinergi dapat dilakukan kegiatan bakti sosial bersama. Dalam mengadakan ovariohysterectomy maupun kastrasi bersubsidi, bahkan gratis,” ujar Ragil.
Di sisi lain, rupanya ada upaya menekan populasi kucing yang belum ieksplorasi, yakni melalui kontrasepsi makanan. Cara itu berbeda dengan sterilisasi konvensional yang dilakukan dengan cara pembedahan secara fisik maupun dengan injeksi. Dan upaya tersebut harus dilakukan oleh tenaga medis veteriner yang memiliki sertifikasi di bidangnya.
Discussion about this post