Meskipun metode ini dinilai prospektif, sejumlah tantangan menjadi persoalan. Pertama, penerapan metode ini masih rendah, karena mindset petani masih memilih metode konvensional. Pengenalan metode SRI kepada petani tidaklah mudah.
Kedua, terdapat kendala pra dan pasca panen. Penjualan produk organik biayanya dinilai lebih mahal dan sulit menemukan pasar yang pas.
Ketiga, petani masih menghadapi berbagai masalah teknis infrastruktur pertanian. Di Indonesia, masih sulit menemukan mesin yang dapat menanam benih satu per satu dengan lebih cepat. Begitu pun mesin untuk mengatasi gulma dengan cepat dan infrastruktur pengairan belum canggih.
Baca Juga: Benda Misterius Melintasi Gunung Merapi, Ini Penjelasan BPPTKG
“Minimal 25 persen sawah di Indonesia diterapkan metode SRI, saya yakin dapat meningkatkan produksi beras nasional sehingga bisa swasembada beras,” terang Chusnul optimis.
Menurut Chusnul, harus ada dukungan berbagai pihak, terutama pemerintah dari sisi kebijakan dan infrastruktur. Perubahan mindset petani juga harus mulai didorong. Perguruan tinggi juga harus bisa menjadi pendamping dan berkolaborasi bersama pihak lain.
“Harus ada usaha untuk meningkatkan minat generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian agar menjadi penerus pertanian melalui perubahan mindset,” harap Chusnusl. [WLC02]
Sumber: IPB University
Discussion about this post