“Media itu sangat mempengaruhi kualitas larva. Lebih bagus apabila limbah-limbah dapur atau pasar dikombinasikan dengan sumber-sumber protein yang lebih tinggi,” kata Dewi.
Dalam 800 kilogram media sampah organik dapat menghasilkan 300 kilogram larva BSF. Harga media dan biaya operasionalnya berbeda-beda tergantung lokasi. Namun kombinasi dengan bungkil sawit dinilai lebih baik karena dapat menghasilkan larva berprotein tinggi.
Baca Juga: Ingin Menang Kontes, Ini Tips Budidaya Ikan Guppy
“BSF sudah merambah ke industri yang menjanjikan. Pembudidaya pemula maggot dapat memulainya dengan cukup mengumpulkan (larva) untuk pakan ikan dan unggasnya,” ucap Dewi.
IPB University juga memiliki rumah BSF dan produksinya sudah kontinyu. Di rumah BSF, ia mengkombinasikan limbah ternak yang biasanya berkadar nitrogen tinggi dengan limbah sayuran atau cacahan sisa pakan ternak. Rasio ini dapat menghasilkan komposisi larva yang berkualitas baik.
“Unggas yang mengonsumsi larva BSF dapat menghasilkan berat telur lebih tinggi, rendah kolesterol, dan tingkat imunitas yang baik,” papar Dewi.
Baca Juga: Wabah PMK, Satgas Atur Zonasi Lalulintas Hewan Ternak dan Produk Turunannya
Selain itu, lanjutnya, dapat diolah sebagai susu pengganti anak ternak dan menjadi produk pakan tinggi energi bagi ruminansia. Produk samping kitosannya juga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pertumbuhan bakteri metanogen pada limbah ternak yang berpengaruh buruk pada kualitas lingkungan.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada 2020, Indonesia menghasilkan sekitar 67,8 juta ton sampah yang sebagian besar berasal dari aktivitas rumah tangga. Komposisinya meliputi sampah makanan atau organik sebanyak 39,8 persen dan sampah plastik sebanyak 17 persen. [WLC20]
Sumber: IPB University
Discussion about this post