Wanaloka.com – Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau sudah menurun, dan potensi tsunami dampak erupsi gunung api di selat Sunda itu sangat kecil kemungkinan terjadi.
Sebelumnya, masyarakat diminta waspadai potensi tsunami di selat Sunda seiring dengan kenaikan status Gunung Anak Krakatau dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III) pada Minggu, 24 April 2022.
“Yang melegakan adalah data-data yang terekam secara instrumental, energi tremor yang per tanggal 24-25 April sampai over scale [55 milimeter], sekarang rata-rata dalam 2 milimeter. Jadi sudah drop [turun],” ungkap Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan dalam konferensi pers bersama Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dan Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Bambang S Prayitno, Kamis, 28 April 2022.
Sedangkan gas SO2 yang sebelumnya mencapai hingga 13 ribu ton saat erupsi Gunung Anak Krakatau, kini menurun menjadi 5.000 ton.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Siaga, Masyarakat Diminta Waspada Potensi Tsunami
“Begitu juga dari sludge gas SO2, yang saat 24 April itu mencapai 9.000 dan 6 jam kemudian mencapai 13 ribu. Dua hari lalu sudah 5.000. Jadi memang semua sudah menurun,” katanya.
Laporan pos pemantau Gunung Anak Krakatau terdapat sinar api dengan tinggi 25 meter.
“Kalau malam hari kadang-kadang kita amati ada sinar api, menandakan tempat itu masih panas,” kata Hendra.
Meski aktivitas Gunung Anak Krakatau sudah mereda, Kepala PVMBG menganjurkan, masyarakat tetap mengupdate informasi aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui situs-situs resmi pemerintah.
Baca Juga: PMI DIY Siapkan 20 Pos Pelayanan Pertolongan Pertama Lebaran
“Untuk kehati-hatian perlu diwaspadai, dan masyarakat tetap update informasi aktivitas Gunung Anak Krakatau melalui situs-situs resmi pemerintah untuk menghindari hoaks dan sebagainya. Jadi, masyarkat diharapkan tetap tenang karena Gunung Anak Krakatau sudah mereda,” pungkas Hendra.
Discussion about this post