Selain keindahan visual, GBT juga memiliki dimensi edukatif. Thomas mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya sebagai bahan belajar astronomi. Keteraturan orbit bulan mengitari bumi dan bumi bersama bulan mengitari matahari yang memungkinkan prakiraan waktu kejadian gerhana.
“Ini bukan sekadar tontonan, tetapi momentum untuk mengenal mekanika benda langit, orbit Bulan, dan konfigurasi Bumi-Matahari-Bulan,” tutur dia.
Selain itu, kelengkungan bayangan Bumi di Bulan membuktikan Bumi yang bulat. Bukan datar.
Baca juga: Sekitar 360 ha Sawit Ilegal di Leuser Ditumbangkan untuk Pulihkan Fungsi Hutan
Sejumlah daerah di Asia, Australia, Afrika, dan Eropa menyaksikan GBT ini. Hanya Indonesia dan negara-negara di Asia tenggara dan timur yang dapat menyasikan secara penuh rangkaian GBT. Lainnya hanya menyaksikan GBT saat proses awal atau proses akhir. Sementara benua Amerika tidak dapat mengamatinya karena di sana siang hari.
Berdasarkan catatan Tim Kerja Tanda Waktu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ada empat kali gerhana sepanjang 2025. Meliputi Gerhana Bulan Total pada 14 Maret 2025 dengan fase akhir dapat diamati dari sedikit wilayah di Indonesia Timur dan 7 September 2025 yang dapat diamati dari Indonesia.
Kemudian Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada 29 Maret 2025 dan 21 September 2025 yang keduanya tidak dapat diamati dari Indonesia.
Baca juga: Alasan Campak Dapat Meyebabkan Kematian dan Wabah
Untuk Gerhana Bulan Total 7 September 2025, total durasi mulai dari fase gerhana mulai hingga gerhana berakhir adalah 5 jam 29 menit 48 detik. Adapun durasi parsialitas, yaitu lama waktu dari fase gerhana sebagian mulai hingga gerhana sebagian berakhir terjadi selama 3 jam 20 menit 2 detik.
Sedangkan durasi totalitas Gerhana Bulan Total 7 September 2025 berlangsung selama 1 jam 22 menit 56 detik. [WLC02]







Discussion about this post