“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Meulaboh-Takengon ini merupakan jenis gempa dangkal yang dipicu aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia. Meskipun guncangan gempa yang terjadi dirasakan cukup kuat, tetapi patut disyukuri hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut,” kata Daryono dalam keterangan yang diunggah di akun media sosialnya.
Baca Juga: Menunggu Perkawinan Rasi-Slamet, IPB Aplikasikan Teknologi Pelestarian Spesies Langka
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa yang terjadi tidak berpotensi tsunami sehingga masyarakat pesisir barat Aceh tidak perlu khawatir dengan ancaman tsunami akibat gempa ini.
“Hingga pukul 20.00 WIB malam ini, hasil monitoring BMKG terhadap gempa Meulaboh-Takengon belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock),” sebut Daryono.
Baca Juga: Kantong Plastik Jadi Sampah Terbanyak dan Berbahaya, Ini Cara Mengatasinya
Aceh merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks karena terletak pada jalur sumber gempa sesar aktif (Sesar Besar Sumatra) di daratan serta segmen subduksi megathrust di laut dengan laju penunjaman lempeng mencapai 50-60 mm/tahun.
“Gempa besar yang bersumber di Zona Megathrust Aceh pernah memicu tsunami beberapa kali yaitu pada tahun 1861, 1886, 1907, 2004, 2005 dan 2012,” tulis Daryono. [WLC01]
Discussion about this post