Baca juga: Masih Satu Juta Kubik Abu Gunung Marapi, Kementerian PU Bangun 9 Sabo Dam
Adapun estimasi suhu permukaan ini menggunakan pendekatan adiabatik dengan laju penurunan suhu lembap rata-rata sebesar –6,5 K/km. Data suhu yang telah diinterpolasi ke dalam grid spasial digunakan untuk menghitung suhu di permukaan tanah berdasarkan ketinggian dari data topografi.
Dengan pendekatan ini, pemetaan suhu di seluruh wilayah Indonesia menjadi lebih representatif terhadap kondisi nyata, terutama di daerah-daerah di dataran tinggi, seperti pegunungan.
“Melalui pendekatan ini, kami bisa melihat bagaimana suhu permukaan sangat dipengaruhi ketinggian wilayah. Wilayah dengan elevasi tinggi cenderung memiliki suhu permukaan yang lebih rendah,” ujar Noersomadi.
Baca juga: Madu Klanceng Lebih Aman Bagi Penderita Diabetes
Riset ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan model iklim yang lebih akurat di Indonesia, pijakan kerja sama yang kuat dengan lembaga pendidikan, sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim berbasis data satelit.
Cuaca ekstrem akibat gangguan atmosfer
Kondisi tersebut mendorong Kepala PRIMA BRIN, Albertus Sulaiman dan tim mengkaji peran teoritis paket gelombang (wave packets) dalam pembentukan blocking atmosferik yang berdampak langsung pada cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia.
Melalui pendekatan teori wave packets, Ketua Kelompok Riset Teori Dinamika Fluida Geofisika tersebut mengungkapkan interaksi gelombang dan aliran udara. Termasuk pengaruh topografi dan konveksi, memainkan peran penting dalam pembentukan blocking atmosfer.
Baca juga: Apa Rahasia Seduhan Kopi Tubruk Terasa Lebih Nendang?
“Penyelesaian persamaan gelombang tak homogen menunjukkan dalam kondisi tertentu, solusi stasioner dari gelombang Rossby dapat menghasilkan efek blocking,” tutur dia dalam Webinar Hybrid PRIMA bertajuk “Climate Frontiers in Indonesia: Insights from Land, Sea and Sky” di Bandung pada 29-30 April 2025.
Sulaiman merinci pendekatan matematis dan teori gelombang Rossby sangat penting untuk memahami bagaimana gangguan aliran udara di atmosfer bisa berkembang menjadi sistem tekanan tinggi yang persisten.
Lebih lanjut ia mencontohkan gelombang panas yang terjadi di Eropa pada Juli 2019 yang menewaskan lebih dari 500 orang. Saat itu, pelemahan aliran barat (jet stream) menyebabkan terbentuknya gelombang Rossby besar, yang kemudian membentuk sistem antisiklon stabil atau heat dome. Udara panas terperangkap dan tidak bisa keluar, menyebabkan suhu ekstrem selama beberapa hari hingga minggu.
Baca juga: Lilis Sulistyorini, Risiko Kesehatan Akibat Mikroplastik adalah Nyata dan Terukur
Secara teoritis, efek blocking dapat dimodelkan melalui solusi gelombang Rossby dalam kasus stasioner. Ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana gangguan kecil di atmosfer bisa berkembang dan berubah menjadi sistem besar yang menetap.
Penelitian ini juga menyentuh pentingnya pengaruh topografi seperti Pulau Kalimantan dan pola konveksi tropis terhadap dinamika gelombang. Analisis gelombang yang merambat sebagai group velocity menunjukkan bagaimana sistem-sistem ini dapat menyebabkan hujan ekstrem atau justru kekeringan panjang di wilayah terdampak.
Sulaiman menekankan pendekatan teoritis layaknya penelitian yang ia lakukan dapat menjadi dasar dalam meningkatkan kemampuan model prediksi numerik. Khususnya kawasan tropis, seperti Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh dinamika atmosfer berskala regional dan global. Dengan integrasi hasil riset ke dalam model prediksi cuaca operasional, diharapkan akurasi peringatan dini terhadap kejadian cuaca ekstrem dapat ditingkatkan secara signifikan.
“Dengan pemahaman teoritis yang kuat, kami dapat memperkuat sistem peringatan dini dan mendukung ketahanan iklim nasional,” kata Sulaiman. [WLC02]
Sumber: BRIN
Discussion about this post