Wanaloka.com – Menjelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, hari ini, Ahad, 20 Oktober 2024, Greenpeace Indonesia kembali menyerukan pesan-pesan tentang berbagai krisis yang melanda Tanah Air. Mulai dari krisis lingkungan hidup, krisis keanekaragaman hayati, krisis iklim, hingga krisis demokrasi.
Lewat aksi damai kreatif sejak dua hari lalu berupa proyeksi video di bilangan Jakarta Pusat, Greenpeace mengajak publik untuk terus #MemilihBersuara demi penyelamatan dan pemulihan lingkungan, demokrasi, dan HAM.
“Saat Presiden Joko Widodo sibuk menghias rapor capaian kinerja pada akhir masa jabatannya, kita harus terus mengingat rekam jejaknya yang penuh ponten merah. Sebab Jokowi meninggalkan banyak warisan buruk untuk kita,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Iqbal Damanik.
Baca Juga: Tasmanian Tiger yang Sudah Punah Bisa ‘Hidup’ Kembali Lewat Teknologi DNA
Warisan buruk yang dimaksud seperti pelemahan pelindungan lingkungan hidup, pelemahan demokrasi dan HAM, dan banyak Proyek Strategis Nasional yang meminggirkan masyarakat adat dan masyarakat lokal.
Dalam aksi kreatif ini, Greenpeace menampilkan proyeksi video yang menunjukkan peta Indonesia dengan titik-titik lokasi terjadinya perusakan lingkungan. Deforestasi, perampasan hutan dan wilayah masyarakat adat, kebakaran hutan dan lahan gambut. Juga pertambangan—mulai dari nikel, emas, batu bara, hingga pasir laut—serta pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara industri terlacak di seantero Indonesia.
Watak pembangunan ekstraktif ini terpampang nyata selama satu dekade pemerintahan Jokowi. Faktanya pula, proyek-proyek berlabel hijau yang dijalankan pemerintahan Jokowi pun sarat pelanggaran ekologis dan ketidakadilan, seperti yang terjadi di Pulau Rempang, Kepulauan Riau dan Kalimantan Utara.
Baca Juga: Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi, Atap Rumah Warga Rusak
Greenpeace Indonesia menilai persoalan lingkungan dan krisis iklim, kebohongan hijau, pembatasan ruang demokrasi, serta pelindungan HAM berpotensi terus terjadi di era pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Selain mengusung jargon ‘keberlanjutan’ era Jokowi, Prabowo-Gibran tampaknya memang bakal meneruskan watak pembangunan yang eksploitatif dengan mantera “Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen”.
Ini terlihat, misalnya, dari visi-misi Prabowo-Gibran untuk menambah lahan food estate hingga 4 juta hectare. Juga melanjutkan hilirisasi nikel yang sejauh ini terbukti merusak lingkungan dan merugikan masyarakat lokal.
Discussion about this post