Wanaloka.com – Status Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah naik lagi menjadi Awas pada 18 Mei 2025 pukul 20.00 WITA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah merampungkan hunian sementara (huntara) tahap I dan II. Kemudian akan dilanjutkan untuk membangun huntara tahap III.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menjanjikan untuk memprioritaskan pembangunan hunian tetap (huntap). Sementara pembangunan huntara hanya untuk memastikan masyarakat terdampak tidak tinggal di pos pengungsian terlalu lama.
“Kami upayakan dalam waktu dekat sudah tidak ada lagi masyarakat yang tinggal di pos pengungsian. Sebab huntara bukan solusi akhir,” janji Suharyanto saat berdialog dengan pengungsi di Pos Lapangan Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat, 23 Mei 2025.
Baca juga: Gempa Bumi M6,3 Guncang Bengkulu, 34 Unit Bangunan Rusak
Suharyanto menjelaskan, huntap yang akan segera dibangun menjadi prioritas dan solusi terbaik untuk keamanan masyarakat ke depannya dalam hidup berdampingan dengan potensi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Lokasinya pun dicari yang aman, layak dan berkelanjutan
“Jangan sampai warga merasa nyaman di huntara, lalu masalah dianggap sudah selesai. Sekali lagi, huntara itu sifatnya sementara. Kami prioritaskan pembangunan huntap sebagai rumah warga yang layak dan aman untuk selamanya,” papar dia.
Lokasi pembangunan huntap ditetapkan di satu titik, yaitu Noboleto. Proses pembangunan akan dimulai dengan pembersihan lahan mulai pekan depan. Targetnya ada 500 unit rumah. Pembangunan huntap didukung Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman, serta TNI/Polri dan masyarakat setempat.
Baca juga: Dalam 24 Jam, Sebanyak 42 Bencana Hidrometeorologi Landa Tanah Air
Jika pembangunan huntap di Noboleto telah selesai, proyeksi pembangunan huntap di lokasi lain akan mengikuti sesuai hasil kesepakatan pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Selain menunggu proses pembangunan huntap dan huntara, Suharyanto menyampaikan opsi lain berupa relokasi mandiri. Maksudnya, masyarakat mengajukan sendiri tanah yang dipilih sebagai lokasi tempat tinggal baru, kemudian BNPB akan membangun huniannya.
“Jika masyarakat memiliki tanah sendiri atau pun yang didukung pemerintah daerah setempat dan dalam radius aman dari potensi erupsi, warga dapat mendaftarkannya ke kepala desa masing-masing,” jelas dia.
Adapun Rumah Contoh Riksa (Rumah Instan Kuat Sehat Aman) yang telah dibangun di Larantuka dapat dilihat warga setempat untuk pertimbangan pembangunan rumah saat relokasi mandiri.
Baca juga: Kota Mataram Diguncang Lindu 5,2 Magnitudo Dirasakan Skala III MMI
“Bisa lihat sendiri rumah contohnya, pembangunannya juga cepat dalam satu sampai dua minggu sudah jadi dan dapat langsung dihuni,” imbuh dia.
Meskipun pilih relokasi mandiri, Pemerintah akan mendukung dan memenuhi kebutuhan masyarakat hingga tuntas. Bantuan juga diberikan terhadap masyarakat yang melakukan evakuasi mandiri ke rumah kerabat terdekat. Seperti penghuni lokasi pengungsian, masyarakat yang evakuasi mandiri dan yang tinggal di huntara disebut telah ditransfer dana tunggu selama enam bulan sebesar Rp600 ribu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Discussion about this post