Rabu, 24 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Hari Bumi 2024, Walhi Papua Serukan Bahaya Kerusakan Alam Papua

Bencana ekologis akibat dampak perubahan iklim telah dirasakan masyarakat Papua sejak 2019.

Senin, 22 April 2024
A A
Banjir di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, 4 April 2024. Foto Dok. UPTD Pusdalops Papua Barat.

Banjir di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, 4 April 2024. Foto Dok. UPTD Pusdalops Papua Barat.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Peringatan Hari Bumi 2024 masih dibayangi krisis perubahan iklim multidimensi, khususnya di Indonesia tengah dalam tahun politik. Bahkan tahun ini merupakan tahun terpanas, meski terjadi fenomena La Nina dan El Nino. Di sisi lain, dampak siklus basah La Nina sepanjang dua tahun belakangan ini mengakibatkan 763 kejadian lebih bencana, baik tanah longsor, banjir, gelombang pasang, dan puting beliung yang mengakibatkan lebih dari tiga juta warga terdampak dan mengungsi.

Pelonggaran kebijakan perlindungan lingkungan demi melayani kepentingan membawa masyarakat semakin rentan terhadap bencana ekologis. Selama 10 tahun terakhir, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan kejadian bencana ekologis hampir 10 kali lipat.

Data BNPB menyebutkan, sepanjang tahun 2020 ada 2.925 kejadian bencana, sebagian besar di antaranya merupakan bencana hidrometeorologis yang erat dengan krisis iklim.

Baca Juga: Siti Rokhmawati, Bumi Sudah Sangat Tua Perlu Gerakan Jaga Bumi

Puncak dari bencana ekologis terlihat dari kejadian bencana awal tahun 2019 yang terjadi di Kabupaten Jayapura. Berupa banjir bandang dan air laut naik, kemudian disusul terjangan siklon tropis Seroja yang melanda Kabupaten Yahukimo, Lani Jaya, Puncak, Nduga, dan Kabupaten Paniai, Kabupaten Nabire, Kabupaten Jayawujaya dan Kabupaten Dogiyai, Kota Sorong, Kota Jayapura, Kabupaten Merauke serta daerah-daerah di Pulau Papua. Banjir besar di Kabupaten Jayapura Sentani menjadi alarm tanda bahaya darurat ekologis sebagai konsekuensi perusakan lingkungan Bumi Papua.

Peringatan Hari Bumi seharusnya bukan sekadar seremonial, namun harus dimaknai sebagai momentum reflektif dan tindakan nyata menjaga Bumi menjadi tempat yang layak huni untuk semua semua entitas, baik makhluk biotik maupun abiotik, serta generasi mendatang. Bertepatan dengan Hari Bumi, Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Papua bersama Masyarakat Adat Papua dan Gerakan Sipil HAM dan lingkungan, sosial budaya, ekonomi membunyikan alarm tanda bahaya atas kerusakan ekologis di Tanah Papua mulai dari kawasan pesisir, pulau kecil, hingga pegunungan.

Baca Juga: Status Gunung Ruang Turun Menjadi Siaga, Tetap Waspada

“Peringatan Hari Bumi ini penting dijadikan momentum bagi warga untuk menuntut pertanggungjawaban lembaga penyelenggara negara khusus Pemerintah se-Tanah Papua atas berbagai kerusakan lingkungan hidup dan penderitaan warga yang bertubi-tubi. Akibat berbagai kebijakan yang telah meningkatkan kerawanan dan memaparkan warga pada berbagai risiko bencana,” kata Direktur Eksekutif Daerah Walhi Papua, Maikel Primus Peuki dalam siaran pers Walhi Nasional tertanggal 22 April 2024.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: alarm tanda bahayabencana ekologisHari Bumi Seduniakerusakan alamTanah PapuaWalhi Papua

Editor

Next Post
Ahli Vulkanologi ITB, Mirzam Abdurrachman. Foto Dok. Pribadi.

Mirzam Abdurrachman, Erupsi Gunung Ruang Pernah Picu Tsunami Tahun 1871

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media