Wanaloka.com – Hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tentang dinamika bumi tropis dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia purba di Asia Tenggara menunjukkan rekaman perubahan iklim masa silam dapat dibaca kembali lewat lapisan tanah Pulau Jawa. Ada tiga penelitian yang menggambarkan keterpaduan riset BRIN dalam memotret hubungan antara geologi, iklim, dan kebudayaan masa lalu.
Penelitian bertajuk “Paleoenvironment Reconstruction of the Lower Kaliglagah Formation in the Palaeontological Site Bumiayu, Brebes, Central Java” menyingkap transisi lingkungan antara laut dangkal dan rawa fluvial pada kisaran 2,4 juta tahun lalu. Saat itu, Bumi mengalami pendinginan global.
Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi menjelaskan, penelitian ini mengonfirmasi, bahwa Bumiayu merekam osilasi glasial yang berulang fase ketika permukaan laut menurun drastis dan Pulau Jawa tersambung dengan daratan Asia.
Baca juga: Hutan Indonesia Bukan Bahan Bakar, Hanwa Didesak Hentikan Impor Pelet Kayu
“Rekaman Bumiayu memberi potret konkret bagaimana perubahan iklim membentuk lanskap dan memengaruhi distribusi fauna purba,” ujar Sofwan saat memaparkan kajiannya dalam rangakaian kegiatan Union Internationale des Sciences Préhistoriques et Protohistoriques (UISPP) Inter-Congress Conference 2025 bertema “Asian Prehistory Today: Bridging Science, Heritage, and Development” di Salatiga, Jawa Tengah, Kamis, 6 November 2025.
Penelitian dilakukan dengan menekankan pendekatan stratigrafi terpadu dan analisis isotop yang memungkinkan peneliti membaca sejarah lingkungan tropis dengan presisi baru.
Sementara Peneliti pada Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim dan Budaya Berkelanjutan BRIN, Ni Luh Gde Dyah Mega Hafsari melalui paparan “Digging Java’s Middle Pleistocene: Chronostratigraphic, Palaeoenvironmental, and Palaeoanthropological Data from the New Sogen Locality” menjelaskan temuan lapisan sedimen di Sogen Jawa Timur. Temuan ini memperlihatkan perubahan vegetasi dan aktivitas vulkanik yang tumpang-tindih dengan keberadaan hominin awal.
Baca juga: Pengelolaan Air Limbah Domestik dan Usaha Diatur Terpisah
“Data kronostratigrafi dan geokimia yang dikumpulkan memperluas pemahaman tentang hubungan antara perubahan iklim. Kemudian migrasi fauna dan kemungkinan jalur persebaran manusia purba di wilayah timur Jawa,” papar dia.
Peneliti dari Pusat Riset Arkeometri BRIN, Taufiqurrahman Setiawan mengupas studi “Regional Responses to Shared Traditions: The Hoabinhian Techno-Complex and the Case of Gua Mabitce, Western Coast of Aceh”. Bahwa tradisi alat batu Hoabinhian di Aceh menunjukkan kesinambungan adaptasi manusia terhadap lingkungan lembap tropis setelah berakhirnya zaman es.
Dari Bumiayu hingga Sogen, para ilmuwan Indonesia membaca ulang arsip bumi yang tersimpan di lapisan tanah. Dari sana terungkap bagaimana manusia, hewan, dan alam pernah bernegosiasi dengan perubahan ekstrem.
Baca juga: Sinergi Tradisi dan Sains Jadi Solusi Mitigasi Bencana di Indonesia
Melalui forum UISPP 2025, BRIN memperkuat kolaborasi riset lintas-negara untuk memahami dinamika lingkungan tropis dan dampaknya terhadap evolusi manusia. Pendekatan multidisiplin yang menggabungkan arkeometri, geologi, dan biogeokronologi menjadi wujud komitmen BRIN dalam membangun sains arkeologi berkelanjutan.






Discussion about this post