Wanaloka.com – Laksmi, orangutan betina hasil rehabilitasi kembali melahirkan satu bayinya secara alami di dalam Kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Kalimantan Barat. Informasi kelahiran bayi orangutan dari indukan Laksmi diperoleh dari Kepala Camp Monitoring Orangutan Teluk Ribas, Gregorius bersama tim monitoring.
“Kelahiran satu individu orangutan ini menambah daftar kelahiran orangutan secara alami dan lestarinya habitat rumahnya di dalam kawasan TNBBBR,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, RM. Wiwied Widodo dilansir dari laman Menlhk tertanggal 28 Januari 2023.
Sebelumnya, beberapa bulan belakangan, kondisi perut Laksmi terpantau agak membesar. Ia diduga sedang hamil. Belum sempat mendapat pemeriksaan medis, Laksmi sempat hilang dari pemantauan. Kemudian pada tanggal 25 Januari 2023, Laksmi muncul dengan membawa anak dan terpantau oleh tim monitoring dalam keadaan sehat.
Baca Juga: April-Mei 2023 Mulai Kemarau, Waspada Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut
Hingga saat ini, tim monitoring terus mengupayakan untuk mendekati induk dan bayinya untuk memastikan kondisi kesehatan keduanya. Selain itu juga untuk mengetahui jenis kelamin bayi Laksmi tersebut.
Kelahiran bayi orangutan ini merupakan anak ke-2 Laksmi yang dilahirkan di alam. Sebelumnya Laksmi juga melahirkan generasi baru orangutan betina pada awal Oktober 2021. Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong memberi nama “Lusiana”.
Kehadiran generasi-generasi baru orangutan ini menumbuhkan semangat dalam upaya konservasi. Sekaligus menumbuhkan keyakinan, bahwa populasi orangutan, khususnya di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan di seluruh kawasan habitat orangutan Kalimantan Barat terus terjaga dan bertambah.
Baca Juga: Upaya Keluarkan Hutan Hujan Tropis Sumatera TNGL dari Daftar Dalam Bahaya UNESCO
“Kelahiran mereka menjadi sangat penting dan bersejarah. Sebab menjadi kebanggaan atas keberhasilan program rehabilitasi orangutan di Indonesia,” kata Wiwied.
Perkembangan kondisi orangutan yang sehat menjadi salah satu parameter program konservasi orangutan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal KSDAE KLHK berlangsung juga dengan baik. Meliputi kegiatan pelepasliaran orangutan ke habitat alami yang dilakukan BKSDA Kalimantan Barat bersama Balai TNBBBR yang didukung Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ketapang.
Kepala Balai TNBBBR, Andi Muhammad Kadhafi menengarai kawasan TNBBBR merupakan habitat yang sesuai dan cocok bagi orangutan.
Baca Juga: Kolaborasi Teknologi dan Seni Hasilkan Kaki Buatan yang Fleksibel
“Bisa dilihat dari individu-individu orangutan yang telah melewati proses rehabilitasi dan pelepasliaran, dapat menjadi individu yang kembali mempunyai kehidupan liar serta beradaptasi untuk bertahan hidup dan berkembang biak secara alami,” jelas Andi.
Keberhasilan program penyelamatan, rehabilitasi, pelepasliaran dan monitoring orangutan tidak hanya berhasil membuat Laksmi bahagia, hidup bebas kembali dan berkembang biak di habitat alaminya. Juga disebut menjadi wujud kesuksesan KLHK bersama para pihak dalam menjaga kelestarian spesies orangutan di Indonesia pada umumnya.
Astuti Selamat dari Penyelundupan
Sementara Astuti, orangutan yang berumur lebih dari 2 tahun berhasil diselamatkan dari penyelundupan satwa liar melalui operasi penyitaan oleh Polres Boalemo, Sulawesi Utara pada 30 Mei 2022. KLHK melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Utara dan BKSDA Kalimantan Timur berhasil mengantarkan pulang satu individu orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) ke Kalimantan Timur, untuk proses lebih lanjut di Pusat Rehabilitasi Orangutan.
Discussion about this post