Senin, 27 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Kata Guru Besar IPB University Soal Konservasi Raptor, Dugong dan Kelelawar

Konservasi juga diperlukan bagi satwa liar, yakni hewan yang hidup bebas di alam dan perlu dilindungi.

Rabu, 26 Juni 2024
A A
Elang jawa di hutan Wanagama, Gunungkidul. Foto Wanaloka.com.

Elang jawa di hutan Wanagama, Gunungkidul. Foto Wanaloka.com.

Share on FacebookShare on Twitter

Konservasi juga diperlukan bagi satwa liar, yakni hewan yang hidup bebas di alam dan perlu dilindungi. Salah satu satwa liar yang dimaksud Guru Besar tetap Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Prof. Aryani Sismin Satyaningtijas adalah dugong dan kelelawar.

Baca Juga: Api Abadi Tanjung Api dan Mata Air Panas One Pute di Sulawesi Tengah Mengandung Hidrogen Alami

Ia menjelaskan satwa liar seperti dugong dan kelelawar perlu dilindungi karena ada ancaman keberlangsungan hidup yang berdampak pada penurunan populasi, perburuan ilegal, perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan kejadian penyakit. Satwa liar juga dilaporkan memiliki potensi sebagai sumber penularan penyakit (reservoir) yang mendorong kejadian penyakit zoonosis pada hewan dan manusia.

Ia memaparkan, permasalahan tersebut harus menjadi perhatian dalam pengelolaan program konservasi satwa liar di Indonesia. Ilmu Faal (fisiologi) memiliki peran penting dalam pengelolaan konservasi satwa liar, khususnya terkait penurunan populasi melalui kegiatan penelitian nilai baku faal

“Satwa liar sebagai standard untuk menentukan status kesehatan. Nilai baku faal dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal seperti Iklim, kondisi pemanasan global dan lingkungan internal seperti kejadian penyakit, sehingga pemeriksaan nilai baku faal menjadi penting bagi zona nyaman satwa,” jelas Aryani saat Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar pada 5 Juni 2024 secara daring.

Baca Juga: Fahrul Muzaqqi, Ormas yang Terima Konsesi Tambang akan Punya Utang Politik

Aryani menyebutkan bahwa penentuan nilai baku faal penting sebagai early warning system dari suatu perubahan lingkungan akibat pergeseran parameter iklim yang mendorong nilai kenyamanan habitat (Comfortable zone) bagi satwa liar. Ilmu faal juga berperan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi satwa liar terhadap potensi penularan penyakit zoonosis.

“Nilai baku faal berguna dalam mendukung pelestarian hewan sehingga dapat beradaptasi dan hidup lebih lama dengan menjaga kesehatannya dan mencegah penyakit,” ungkap Aryani.

Ia merekomendasikan dua hal penting dalam mendukung program konservasi satwa liar di Indonesia. Pertama, perlu ada upaya menekan penurunan populasi melalui penentuan nilai baku faal satwa. Kedua, perlu ada upaya menekan potensi kejadian zoonosis pada migrasi satwa liar, secara rapid test pada habitat atau area konservasinya. [WLC02]

Sumber: IPB University

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: dugongIPB Universitykelelawarkonservasi satwa liarraptor

Editor

Next Post
Ilustrasi bakteri. Foto qimono/pixabay.com.

Infeksi Bakteri “Pemakan Daging” di Jepang Menular Lewat Droplet dan Pernafasan

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media