Kehidupan sosial juga berkembang pada era Kerajaan Bali kuno dengan ditemukan prasasti tembaga yang memberikan informasi mengenai sistem perpajakan yang diberlakukan. Serta pengaturan tata ruang yang sesuai dan selaras dengan kondisi alam, serta penentuan batas-batas wilayah.
Koleksi menarik lainnya adalah adanya informasi mengenai cara memperlakukan plasenta (ari-ari) bayi yang baru lahir dengan menaruhnya pada batok kelapa yang sudah dibelah dua. Kemudian menggantungnya pada kuburan ari-ari. Tradisi tersebut masih ada sampai sekarang, tepatnya di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani.
Yang tidak kalah menarik adalah koleksi manusia Pacung yang ditemukan di Desa Pacung daerah Bali utara. Berdasarkan carbon dating oleh peneliti Balai Arkeologi pada tahun 1988, manusia Pacung hidup pada 2000 tahun yang lalu. Kesimpulannya, di daerah Bali utara sudah ada peradaban semenjak 2000 tahun yang lalu.
Baca Juga: AIS Forum Dukung Negara Kepulauan Terbitkan Obligasi Biru
Jadi Jujugan Peneliti
Usai mendapatkan penjelasan, Arifin memberikan empat catatan yang harus dilaksankan pengelola museum. Pertama, perlunya koordinasi lintas instansi, antara Kementerian ESDM dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait penggunaan, pemanfaatan, dan pengoptimalan Lahan TWA (Taman Wisata Alam) untuk menunjang pengoptimalan Aset BLU (Badan Layanan Umum) Museum Gunung Api Batur.
Kedua, perlu revitalisasi peraga, terutama pada maket besar yang ada di hall lobby agar lebih ditingkatkan secara teknologi. Ketiga, perlu dibuatkan sarana informasi seperti leaflet, brosur, buku, dan media promosi lainnya untuk disebarluaskan agar informasi geopark Batur dapat membumi ke masyarakat, terutama para pelajar.
Keempat, perlu dilakukan sosialisasi informasi kepada seluruh stakeholder terkait keberadaan Museum Gunungapi Batur dan segala informasi yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Terekam Kamera, Badak Jawa Ujung Kulon Diduga Lahir Februari Lalu
Kedatangan Arifin dan rombongan ternyata turut mempengaruhi peningkatan jumlah pengunjung. Menurut catatan Suryo, jumlah pengunjung hari itu, termasuk Arifin dan rombongan, mencapai 613 orang. Angka tersebut tiga kali lipat dari rata-rata pengunjung sekitar 200 orang.
Pengunjung yang datang beragam mulai dari siswa SD, SMP hingga dari kalangan universitas yang ingin melakukan penelitian dari dalam dan luar negeri. Pihak museum juga rutin melakukan kerja sama dengan peneliti dari universitas-universitas dari dalam dan luar negeri, seperti dari Singapura dan Western University dari Australia. Pengunjung tidak dikenakan biaya termasuk pemandu alias free dengan waktu kunjungan Senin – Minggu pukul 08.00 – 16.00 WITA. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM
Discussion about this post