Wanaloka.com – Tansisi dari pandemi menjadi endemi menjadi salah fokus pemerintah saat ini untuk mengendalikan Covid-19. Endemi adalah keberadaan penyakit atau agen penyakit yang ada secara konsisten tetapi terbatas pada wilayah tertentu. Lantas kapan pandemi Covid-19 berubah menjadi endemi?
Pakar biostatistika dan epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) dokter Windhu Purnomo menjelaskan, Covid-19 mulai terkendali apabila dari pandemi berubah menjadi endemi, kemudian sporadik. Selama endemi, kasus Covid-19 tetap ada, tetapi jumlah kasus rendah dan tidak ada peningkatan atau penurunan. Sedangkan kondisi sporadik tercapai apabila dari endemi terjadi penurunan sehingga menjadikan Covid-19 seperti kebanyakan penyakit menular lainnya yang sudah sporadik.
“Lama-lama mungkin bisa saja (Covid-19) tereleminasi, tapi masih lama mungkin. Yang kami harapkan adalah endemi dulu, kemudian sporadik,” jelas Windhu dalam webinar Menyongsong Masa Endemi Covid-19 sebagaimana dilansir dari laman unair.ac.id, 23 Februari 2022.
Baca Juga: Agung Satyawan: Jika Ukraina Jadi Anggota NATO, PD III Dikhawatirkan Meletus
Syarat pandemi berakhir dan mencapai kondisi endemik adalah, pertama, status vaksinasi yang memadai secara global. Artinya, tidak hanya negara-negara tertentu, tapi secara umum negara di dunia sudah tinggi cakupannya.
Kedua, sistem kesehatan tidak lagi terbebani. Artinya, orang sudah biasa saja, tidak sulit mencari rumah sakit, dan tenaga kesehatan tidak lagi tertular. Dan ketiga, protokol kesehatan 3M sudah menjadi kebiasaan baru.
“Yang menetapkan berakhirnya status pandemi itu WHO, negara tidak bisa. Negara paling mencabut status darurat kesehatan masyarakat, tetapi tidak status pandemi. Status pandemi belum bisa dicabut apabila seluruh negara belum mencapai syarat-syarat tersebut,” tambah Windhu.
Mutasi terjadi selama masih ada penularan
Saat ini yang paling penting adalah masih ada tidaknya varian baru Covid-19 yang muncul. Sebab virus ini mudah mutasi. Jika masyarakat masih saling menulari, maka akan terjadi mutasi.
“Jadi kalau tidak mau ada mutasi, seluruh dunia harus betul-betul kompak, prokes tetap dilakukan, dan vaksinasi,” jelas Windhu.
Discussion about this post