Wanaloka.com – Tiap tanggal 2 Februari diperingati Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day). Peringatan ini berdasarkan penandatanganan Konvensi Lahan Basah pada tanggal 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran. Ada tujuan mendorong upaya konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara bijaksana melalui aksi nasional dan kerjasama internasional untuk mewujudkan pembangunan secara berkelanjutan di seluruh dunia.
Ingin tahu banyak tentang lahan basah?
Apa itu lahan basah?
Yang dimaksud lahan basah berdasarkan Konvensi Ramsar meliputi daerah-daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Baik yang alami atau buatan, tetap atau sementara, dengan air yang tergenang atau mengalir, tawar, payau atau asin, juga termasuk wilayah perairan laut yang kedalamannya tidak lebih dari enam meter pada waktu air surut.
Baca Juga: Walhi dan F-PKS: Lingkungan Terancam Rusak, Pemindahan IKN Harus Dihentikan
Arti lain dari lahan basah adalah area air bertemu dengan tanah. Misalnya, bakau, lahan gambut, rawa-rawa, sungai, danau, delta, daerah dataran banjir, sawah, dan terumbu karang. Lahan basah ada di setiap negara dan di setiap zona iklim, dari daerah kutub sampai daerah tropis, dan dari dataran tinggi sampai daerah kering.
Lahan basah untuk manusia dan alam
Tema peringatan yang diangkat pada 2022 adalah Wetlands Action for People and Nature atau Aksi Lahan Basah untuk Manusia dan Alam. Ada pesan yang disuarakan kepada khalayak luas, yakni Value Manage Restore Love Wetlands. Value yakni menghargai lahan basah atas berbagai manfaat terhadap kehidupan manusia dan kesehatan planet. Manage adalah mengelola dengan bijak dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Kemudian Restore atau pemulihan atas lahan basah yang terdegradasi.
Baca Juga: Pemerintah Genjot Produksi Nikel, Walhi Region Sulawesi: Perusakan Lingkungan akan Nyata
Indonesia adalah salah satu anggota Konvensi Ramsar pada 1991 dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1991 tentang Ratifikasi Konvensi Ramsar di Indonesia. Sebagai salah satu negara yang memiliki ekosistem lahan basah terluas di Asia, setelah China, Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) selaku Administrative Authority Ramsar Indonesia, berkewajiban untuk mensosialisasikan nilai penting lahan basah kepada seluruh lapisan masyarakat. Antara lain melalui penyelenggaraan Perayaan Hari Lahan Basah Sedunia setiap tahunnya.
Lahan basah di NTT: ada burung air dan burung migran
Ada beberapa lahan basah di kawasan konservasi Pulau Timor, Flores dan Rote yang digunakan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk lokasi peringatan Hari Lahan Basah Sedunia. di beberapa. Tepatnya di Cagar Alam (CA) Hutan Bakau Maubesi, Suaka Margasatwa Danau Tuakdale, Taman Buru Bena, Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Teluk Kupang, Tujuh Belas Pulau, Teluk Maumere. Juga TWA Menipo, KEE Rote Ndao, Pantai Nunkurus dan Pantai Manikin di kawasan penyangga TWAL Teluk Kupang.
“Aktivitas yang dilakukan adalah pengamatan satwa, eksplorasi mangrove, penanaman mangrove, dan bersih sampah (clean up day),” kata Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud sebagaimana dilansir dari laman menlhk.go.id, Jumat, 28 Januari 2022.
Baca Juga: Jokowi Cabut Izin Tambang, Jatam: Perusahaan Penyebab Kejahatan Lingkungan Tak Tersentuh
Juga ada aksi bersih sampah yang telah mengumpulkan sekitar 90 kilogram sampah anorganik (plastik). Meliputi 50 kilogram dari TWAL Teluk Maumere, 10 kilogram dari CA Hutan Bakau Maubesi, 15 kilogram dari TWAL 17 Pulau, dan 25 kilogram dari area Pantai Manikin. Sampah plastik dari kemasan pembungkus selanjutnya akan diolah untuk menjadi Ecobrick.
Provinsi NTT yang merupakan wilayah kepulauan dengan bentang alam yang bervariasi dari perairan dangkal hingga pegunungan tinggi, juga tidak terlepas dari keberadaan lahan basah. Beberapa kawasan lahan basah yang diketahui di sana, antara lain hutan mangrove, delta, muara sungai, sungai, pantai berlumpur (mudflat), pesisir, danau, dan terumbu karang.
Keberadaan lahan basah vital bagi ekosistem, termasuk kehidupan manusia. Semisal untuk menyimpan karbon, sumber air, sumber pangan, jalur transportasi, penyokong perekonomian, mengurangi risiko bencana alam, dan sumber keanekaragaman hayati.
Peristiwa badai siklon Seroja pada April 2021 lalu turut berdampak pada habitat burung air, misalnya saja di kawasan Pantai Manikin (penyangga TWAL Teluk Kupang) yang terkena abrasi. Tim yang melaksanakan pengamatan satwa menjumpai burung pantai berjenis gajahan sejumlah 32 ekor dan kawanan bangau putih sekitar 100 individu.
Baca Juga: Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo: Potensi Material Energi Hijau atau Kutukan Panjang?
Beberapa jenis burung air maupun burung migran yang dapat diidentifikasi oleh tim di area lahan basah tersebut antara lain raja udang, gajahan besar, trinil pantai, trinil ekor kelabu, ibis, kuntul, bangau, dan belibis. Keberadaan burung migran dan burung migran ini merupakan contoh interaksi erat antara lahan basah dengan satwa yang dapat dijumpai di kawasan pesisir.
Lahan basah di Nusa Tenggara Timur merupakan penyangga kehidupan manusia dan turut memastikan kesehatan ekosistem di Planet Bumi. Aksi merusak lahan basah dan perubahan iklim global telah mengancam keberadaan lahan basah.
“Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia ini diharapkan semua pihak mencintai lahan basah dengan bersama-sama menghargai, mengelola, dan memulihkannya demi masa depan kita semua dan seluruh makhluk hidup,” kata Arief Mahmud.
Lahan basah di Merauke: kisah arwana irian
Discussion about this post