Baca Juga: Atasi Kekeringan, BMKG Isi 35 Waduk dengan Operasi Modifikasi Cuaca
“Mereka menyaksikan sendiri kerja-kerja lapangan. Menurut mereka ini merupakan kerja mitigasi iklim yang nyata, terutama untuk mangrove hingga akan mencapai 6.000 ha rehabilitasi mangrove. Penting sekali itu dikerjakan bersama masyarakat dalam kemitraan konservasi,” terang Siti.
Proyek Ambisius 2030
Esok harinya, Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Andreas Bjelland Eriksen beserta delegasi di Istana Merdeka, Jakarta, Ahad, 2 Juni 2024. Pertemuan tersebut membahas kemitraan Indonesia dan Norwegia dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satunya untuk mencapai target Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink untuk tahun 2030 terkait penggunaan hutan dan lahan.
“Sasaran utamanya adalah Forestry and Other Land Use Net Sink 2030. Sudah ada dukungan konkret atau kontribusi sebagai prestasi aksi iklim Indonesia sebesar USD156 juta. Itu kira-kira setara dengan karbon 30,2 juta ton,” ucap Siti usai pertemuan tersebut.
Baca Juga: Gunung Ibu Meletus Dahsyat Tahun 1911 dan 1998, Mengapa 2024 Meletus Eksplosif?
Ia menjelaskan keberhasilan Indonesia menurunkan emisi karbon sejak tahun 2020 hingga 2023. Bahwa sampai tahun 2023, Indonesia berhasil melampaui target komitmen penurunan emisi karbon.
“Dari tahun 2020, emisi yang turun itu 945 juta ton, 2021 ada 889 juta ton, 2022 ada 875 juta ton. Tahun 2023 lagi dihitung. Perkiraan saya lebih sedikit lagi penurunannya karena el nino cukup berat, tapi masih bisa dikelola jadi masih tetap di atas 810 juta ton. Artinya, kalau dipersenin 48, 43, 41, 40-an persen, masih lebih tinggi dari target. Kalau target komitmen kami cuma 31,89. Kalau ada kerja sama internasional bisa 43 persen targetnya,” papar Siti.
Sri Mulyani menekankan pentingnya tata kelola yang baik dalam mengelola dana lingkungan hidup, serta pentingnya reputasi Indonesia dalam menarik dukungan internasional.
Baca Juga: Siasat Petani Lestari Kulon Progo Beradaptasi dengan Perubahan Iklim (Bagian 2)
“Trust (kepercayaan) yang muncul terhadap governance (pemerintah) dan the way we manage the fund (cara mengatur dana) berdasarkan result (hasil). Itu menggambarkan bukan hanya – it’s not about money but most importantly the reputation of Indonesia (bukan sekadar uang, tapi yang terpenting reputasi Indonesia) untuk bisa menjaga lingkungan hidup kita sendiri. Itu penting untuk rakyat kita,” tutur Sri Mulyani.
Andreas Bjelland Eriksen mengapresiasi pencapaian Indonesia dalam mengurangi deforestasi hingga 90 persen dan merehabilitasi lahan secara ambisius. Menurut dia, Indonesia telah mencapai pencapaian signifikan terkait deforestasi dalam beberapa tahun terakhir.
“Jadi yang telah dicapai di sini dalam mengurangi deforestasi sebesar 90 persen juga merehabilitasi, adalah upaya sangat ambisius menuju target FOLU Net Sink tahun 2030. Itu sesuatu yang harus dan perlu diketahui dunia,” ujar Eriksen. [WLC02]
Sumber: PPID KLHK, BPMI Setpres
Discussion about this post