“Sebab maggot itu perutnya banyak, mikroba banyak enzim. Jadi kayak cacing itu loh, kan banyak kandungan yang apa di dalamnya untuk membantu penguraian,” terang Nasih.
Selain itu, maggot pun dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Kerja sama desa dan kota
Baca Juga: Hadapi Gempa Megathrust, Pelaku Pariwisata Bangun Kesiapsiagaan di Destinasi Wisata
Ember tumpuk juga dapat dimanfaatkan di pedesaan, karena masih banyak ladang dan banyak kebutuhan pupuk di masyarakat. Sedangkan sampah bisa berasal dari kota. Jika dikembangkan lebih massif, maka akan tercipta kerja sama antara kota dan desa dalam pengelolaan sampah.
“Sampah dari kota diolah di desa, kemudian dapat digunakan untuk menyuburkan tanah perkebunan di desa. Hasil panen dijual dan dimanfaatkan lagi di kota. Jadi tercipta hubungan timbal balik yang baik dalam pengelolaan sampah ini,” papar dia.
Ide ember tumpuk juga dapat dikembangkan menjadi skala lebih besar, seperti menggunakan reaktor besar atau bak. Fakultas Pertanian juga membuka besar kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak.
Baca Juga: Gempa Gunungkidul M5,8 di Lempeng Megathrust Samudra Hindia
Ia pun mengungkapkan gagasannya, bahwa UGM dapat bekerja sama dengan desa dengan memberikan pelatihan dan fasilitasi masyarakat desa untuk mengelola sampah dari UGM. Kemudian hasil perkebunan itu dapat dibawa kembali ke UGM.
Adanya inovasi pengembangan ember tumpuk dengan bahan yang mudah didapat dan dibuat, Nasih berharap metode pengelolaan sampah ini bisa populer di masyarakat, sehingga lebih banyak yang bisa terlibat di dalamnya.
“Sebetulnya biar semua orang itu mengenal namanya mengolah sampah, kan murah itu. Semakin banyak orang terlibat, semakin baik,” imbuh dia. [WLC02]
Sumber: UGM







Discussion about this post