Kolaborasi pentahelix adalah sinergi lima unsur dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media untuk menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati. Dengan dukungan regulasi yang kuat, ilmu pengetahuan, investasi berkelanjutan, partisipasi publik, serta peran media, solusi pengelolaan sampah berkelanjutan akan lebih efektif dan berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan yang lebih hijau.
Baca juga: Kritik Masyarakat Sipil atas Pidato Kenegaraan 2025, Pembangunan Kian Ekstraktif dan Militeristik
“Menunda penghentian polusi plastik hanya akan memperburuk pencemaran, membahayakan kesehatan, dan menambah beban ekonomi. Hanya melalui persatuan, kerja sama, dan tanggung jawab bersama kita bisa mewujudkan perjanjian yang efektif dan inklusif,” kata Hanif.
Bilateral dengan Inggris dan Belanda
Indonesia juga mengadakan ertemuan bilateral dengan Inggris dan Belanda. Dengan Inggris membahas peluang kerja sama dalam perlindungan keanekaragaman hayati, pengendalian banjir di Sungai Ciliwung, dan pengembangan ekonomi sirkular.
“Inggris menawarkan dukungan teknis, penelitian, dan pendanaan untuk mencegah kebocoran plastik ke sungai dan laut,” ucap Hanif.
Baca juga: XR Bunga Terung, 80 Tahun Indonesia Merdeka Terapkan Solusi Palsu Transisi Energi
Sementara pertemuan dengan Menteri Lingkungan Hidup Belanda, Christianne van der Wal-Zeggelink berfokus pada pengelolaan sampah menjadi energi, desain produk berkelanjutan, serta kerja sama universitas untuk inovasi plastik ramah lingkungan.
“Kedua negara juga sepakat memperkuat kemitraan dalam forum G20 dan UNEA, serta mempercepat penyelesaian perjanjian plastik global,” kata Christianne. [WLC02]
Sumber: KLH







Discussion about this post