Senin, 2 Juni 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Pelepasliaran Kasuari Selatan di Hutan Keramat Masyarakat Adat Papua

Kearifan lokal terkait hutan keramat di kalangan masyarakat Papua dapat menjadi benteng kuat untuk menjaga kelestarian satwa liar dan habitatnya.

Selasa, 3 Desember 2024
A A
Kasuari selatan remaja yang dilepasliarkan di Hutan Tinaruma, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, 30 November 2024. Foto Dok. BBKSDA Papua/DDCJ.

Kasuari selatan remaja yang dilepasliarkan di Hutan Tinaruma, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, 30 November 2024. Foto Dok. BBKSDA Papua/DDCJ.

Share on FacebookShare on Twitter

Dalam konferensi yang diprakarsai International Ornithology Union (IOU) dan Institute of Zoology, Chinese Academy of Sciences yang bekerja sama dengan International Zoological Society, China Ornithological Society dan jurnal Avian Research, kedua mahasiswa ini menerima penghargaan “First Prize Poster Award” untuk Dudi Nandika dan “First Prize Presentation Awards” untuk Dwi Agustina.

Dudi merupakan seorang mahasiswa doktoral dari Fakultas Biologi UGM, berhasil mempresentasikan risetnya yang berjudul “Recent Data Analysis Feeding Guilds Bird Community as a Bioindicator for Manusela National Park Management, in Maluku”.

Riset yang dilakukan Dudi merupakan sebuah riset yang dilaksanakan untuk mencari tahu data populasi dan komposisi jenis burung di Taman Nasional (TN) Manusela, Maluku. Data ini nantinya akan digunakan menjadi dasar untuk mengelola kawasan dan memperbarui data dalam penentuan kebijakan penentuan status suatu jenis burung.

Baca Juga: Pengelola dan Pegiat Wisata Pendakian Mesti Punya Keterampilan Medis

Riset ini dilatarbelakangi adanya ancaman perburuan liar yang terjadi di wilayah Maluku. Bahwa 86 persen satwa yang diburu merupakan satwa dari keluarga aves sehingga dibutuhkan atensi khusus terhadap perlindungan satwa aves. Sebab peran ekologi mereka yang dinilai sangat penting untuk ekosistem.

“Perburuan liar merupakan ancaman terbesar yang dihadapi burung liar di wilayah Maluku. Prosentase 86 persen jenis satwa liar yang berhasil disita BKSDA adalah dari keluarga Aves,” kata Dudi dalam keterangan yang dikirim kepada wartawan, Senin, 25 November 2024.

Burung yang ada di Taman Nasional ini umumnya merupakan jenis yang dapat mewakili kondisi tipe habitat dan ketinggian yang berada dalam Kawasan TN Manusela. Menurut dia, peran ekologi burung dalam ekosistem menjadikan keberadaan burung memiliki peranan yang sangat penting, dan dapat dijadikan indikator kesehatan lingkungan dan perubahan ekologi atau habitat.

Baca Juga: Aktivitas Vulkanik Gunung Slamet Meningkat, Waspada Erupsi Freatik

“Sangat diperlukan kebijakan yang dapat melindungi satwa jenis aves yang berada di Taman Nasional Manusela,” ujar dia.

Selanjutnya, perwakilan UGM yang kedua, Dwi Agustina yang merupakan seorang mahasiswa magister dari fakultas Biologi UGM turut mempresentasikan risetnya yang berjudul “Aligning Cockatoo Conservation Efforts with Local Huaulu Customary Wisdom on Seram Island, Maluku, Indonesia”. Riset yang dilaksanakan Dwi Agustina membahas adanya konflik kepentingan di antara masyarakat adat Huaulu di Maluku dengan Pemerintah.

Bahwa masyarakat adat Huaulu ingin memburu burung Kakatua guna mendapatkan bulu jambulnya untuk kepentingan adat. Padahal ini bertentangan dengan kepentingan konservasi pemerintah.

Baca Juga: Usai Longsor dan Banjir Bandang di Deli Serdang, Tiga Orang dalam Pencarian

“Riset ini dilaksanakan untuk mendapatkan solusi guna menyelesaikan konflik ini secara damai,” jelas dia.

Menurut Dwi, riset ini berhasil menemukan jalan tengah guna menyelesaikan konflik antara pemerintah dengan masyarakat adat. Solusi yang ditawarkan adalah penggunaan bulu burung kakatua yang sudah rontok dalam pelaksanaan upacara adat, sehingga masyarakat adat tetap dapat melaksanakan upacara adat mereka tanpa memburu burung kakatua sehingga kepentingan konservasi pemerintah bisa tetap berjalan.

“Kesepakatan ini juga menjadi jalan tengah untuk menyelaraskan upaya konservasi burung khususnya kakatua maluku dengan kearifan lokal Negeri adat Huaulu,” jelas Dwi.

Baca Juga: KKP akan Luncurkan Peta Nasional Padang Lamun Akhir 2024

Ia berharap proses konservasi yang dilaksanakan di Maluku dapat berjalan lancar dan hewan-hewan yang terancam punah dapat dipulihkan populasinya.

“Dapat mengaktifkan kembali “seli kaitahu” untuk memulihkan populasi hewan buruan dan mengatur pemanfaatan hutan di dalam Negeri Adat, sehingga populasi hewan buruan yang berkurang dapat pulih Kembali,” papar Dwi.

Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono mengatakan penghargaan dan hasil riset yang telah dihasilkan oleh kedua mahasiswa ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada masyarakat Indonesia dan menjadi sebuah motivasi untuk upaya penelitian dan konservasi burung di Indonesia.

Menurut Budi, kedua mahasiswa ini telah lama menjadi praktisi dalam dunia konservasi burung khususnya burung paruh bengkok. Namun konferensi ini tentu merupakan ajang mempromosikan diri dan meningkatkan jaringan di dunia yang lebih luas, serta menambah wawasan. [WLC02]

Sumber: BBKSDA Papua, UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: BBKSDA Papuaburung paruh bengkokCasuarius casuariusHutan TinarumaKasuari selatanmasyarakat adat

Editor

Next Post
Penampakan banjir bandang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 4 Desember 2024. Foto tangkapan layar video X/@infomitigasi

Puluhan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi Terdampak Banjir dan Longsor

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi daging kurban dibungkus daun jati. Foto kemenagsidoarjo.com.Solusi Penumpukan Sampah Plastik dan Limbah Hewan Kurban Saat Iduladha
    In News
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Suasana aktivitas di sekitar tambang galian C Gunung Kuda di Cirebon usai longsor, 30 Mei 2025. Foto Dok. BPBD Cirebon.Jumlah Korban Longsoran Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Jadi 14 Jiwa
    In Bencana
    Sabtu, 31 Mei 2025
  • Tim gabungan melakukan evakuasi para korban yang tertimbun longsoran tambang galian C di Gunung Kuda, Cirebon, 30 Mei 2025. Foto Dok. BNPB.Tambang Galian C Gunung Kuda Cirebon Longsor, 10 Orang Tewas Tertimbun
    In Bencana
    Jumat, 30 Mei 2025
  • Peluncuran buku liputan investigsi tentang PSN, 28 Mei 2025. Foto Dok. AJI.Buku Liputan Investigasi 14 Jurnalis Soal Proyek PSN Tiga Daerah Diluncurkan
    In News
    Kamis, 29 Mei 2025
  • Danau Toba di Sumatera Utara. Foto Dok. Kemenpar.Kartu Kuning Sejak 2023, Keanggotaan Kaldera Toba dalam UNESCO Global Geopark Terancam Dicabut
    In Rehat
    Rabu, 28 Mei 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media