Senin, 27 Oktober 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Pertama Kali Mendaki Rinjani Pascalebaran dari Sembalun Kembali ke Sembalun

Gunung Rinjani ternyata menjadi salah satu jujugan wisata pascalebaran. Bagi Sobat Wanaloka yang baru akan mendaki Rinjani, yuk simak pengalaman ini.

Minggu, 14 Mei 2023
A A
Pemandangan indah di punggung Gunung Rinjani, 1 Mei 2023. Foto Al Mulki Fazri Ritonga/Wanaloka.com.
Suasana jalur menuju puncak Gunung Rinjani, 1 Mei 2023. Foto Al Mulki Fazri Ritonga/Wanaloka.com.
Warna warni tenda para pendaki di punggung Gunung Rinjani, 1 Mei 2023. Foto Al Mulki Fazri Ritonga/Wanaloka.com.
Share on FacebookShare on Twitter

Tanggal 1 Mei 2023, sekitar pukul 2 dinihari kami telah berkemas dan memulai perjalanan menuju puncak atau summit attack. Kami ingin menyambut matahari awal Mei di puncak. Sekitar pukul 9 pagi, tiga orang di antara kami berhasil menjejakkan kaki di puncak gunung tertinggi ketiga di Indonesia itu.

Baca Juga: Peresmian PLTS di UGM, Baru 1 Persen Kontribusi Energi Baru Terbarukan

Saya dan seorang kawan menunggu di punggungan Rinjani. Lutut saya terasa nyeri dan asam lambung mendera kawan saya. Berbahaya menempuh pendakian curam dan berpasir ke puncak dalam kondisi fisik semacam itu. Apalagi kabut tebal pun mulai bergerak menyelimuti dari bawah. Lantaran itu pula, kami berdua kembali turun ke camp area.

Saat di punggungan, tampak deretan tenda warna-warni juga memadati jalur menuju puncak. Tenda-tenda itu adalah milik para pendaki yang tidak mendapat tempat mendirikan tenda di camp area. Atau pun pendaki yang ingin bermalam di lokasi dekat puncak.

Oya, Gunung Rinjani adalah salah satu gunung api yang aktif. Terakhir meletus pada 2016. Dan saat terjadi gempa bumi Magnitudo 7 di Lombok pada 5 Agustus 2018, guncangan gempa juga mengakibatkan beberapa jalur pendakian longsor. Menurut cerita beberapa porter, jalur-jalur resmi pendakian terdahulu banyak yang terpisah belahan tanah saat gempa.

Baca Juga: Rentetan Gempa di Selat Sunda Banten 29 Kali Terjadi

Kemudian Balai Taman Nasional Gunung Rinjani menambah dua jalur resmi baru, yakni Jalur Torean dan Jalur Tete Batu sejak 1 April 2021. Jalur Torean biasa digunakan pendaki untuk menuju ke Danau Sagara Anak.

Dan Jalur Torean juga dikenal dengan julukan ‘jalur Jurassic Park‘. Lantaran saat melewati tebing tinggi dan air terjun di sana seolah mengantarkan pendaki ke suasana masa purba. Nah, Sagara Anak adalah keindahan lain dari Rinjani. Selain untuk memancing dan camping, Sagara Anak juga menjadi lokasi yang cukup memberikan ketenangan bagi traveller yang mengunjunginya.

Tak heran, Gunung Rinjani adalah salah satu gunung di Indonesia yang memiliki banyak keindahan yang memanjakan mata. Tidak hanya bagi warga negara Indonesia, Rinjani juga kerap menjadi buruan para wisatawan maupun pendaki mancanegara. Keelokan Rinjani pun sering disebut sebagai gunung versi lengkap yang merupakan perpaduan dari keindahan dan tantangan dari beberapa gunung di Indonesia. Mulai dari mata air yang tiada habisnya, berbagai trek yang menantang hingga landai, termasuk keindahan Sagara Anak.

Baca Juga: Djumanto: Ikan Wader Rentan Punah, Bahkan Bisa Kritis

Keindahan Rinjani yang manis bisa dirasakan siapapun yang tahu tentang rasa pahit perjuangan saat mendakinya. Bukan masalah, meskipun tak semua pendaki dapat mencapai puncak ataupun turun ke Sagara Anak. Tidak ada yang sia-sia dalam sebuah pendakian. Puncak Rinjani dan Sagara Anak adalah bonus. Justru yang harus dipegang teguh bagi pendaki sebelum bepergian adalah jalan selamat untuk pulang.

Bersama seorang kawan, saya turun lewat Jalur Sembalun kembali pada 3 Mei 2023 pagi. Anjuran ini disampaikan porter, bahwa apabila kaki mulai berasa nyeri, lebih baik turun lewat Sembalun. Jalur tersebut memudahkan untuk proses evakuasi. Berbeda dengan Jalur Torean yang sedikit curam sehingga tak cocok untuk kondisi kaki yang belum 100 persen pulih benar.

Alhamdulillah, perjalanan turun gunung kami lancar. Sampai gerbang kandang sapi sekitar pukul 5 sore. Lain waktu, kami ingin datang lagi. [Al Mulki Fazri Ritonga]

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: camp area Plawangan SembalunDanau Sagara AnakGunung RinjaniJalur SembalunJalur ToreanPulau Lombok Nusa Tenggara Barat

Editor

Next Post
Sungai Cipunagara yang bermuara di Gunung Bukit Tunggul hingga Laut Jawa. Foto Facebook Sungai Cipunagara.

Perlu Dana Bagi Hasil APBN untuk Kawasan Konservasi dalam RUU KSDAHE

Discussion about this post

TERKINI

  • Kebakaran lahan gambut di palangkaraya, Kalimantan Tengah. Foto Aulia Erlangga/CIFOR.Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
    In IPTEK
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • TPST Kranon di Kota Yogyakarta. Foto Dok. Portal Pemkot Yogyakarta.Walhi Yogyakarta Desak DIY Tolak Proyek PSEL yang Meningkatkan Degradasi Lingkungan di Piyungan
    In Lingkungan
    Minggu, 26 Oktober 2025
  • Air conditioner yang dipasang di rumah-rumah. Foto terimakasih0/pixabay.com.Cuaca Panas Tiap Tahun Makin Ekstrem, Penggunaan AC Justru Meningkatkan Udara Panas
    In IPTEK
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Biodiesel 40 persen (E40). Foto Kementerian ESDM.Solar Dicampur Biodiesel 40 Persen Tahun 2026, Bensin Dicampur Etanol 10 Persen Tahun 2027
    In News
    Sabtu, 25 Oktober 2025
  • Potret pencemaran plastik di salah satu sungai di Indonesia. Foto dok. Tim Ekspedisi Sungai Nusantara.Penting Tanggung Jawab Industri dan Pemerintah atas Kandungan Mikroplastik dalam Air Hujan
    In News
    Jumat, 24 Oktober 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media