Baca Juga: Oemar Moechthar, Izin HGU 190 Tahun di IKN Ditinjau Ulang karena Potensial Konflik
Lebih dari 99 persen plastik sekali pakai diproduksi dari bahan bakar fosil. Dan emisi gas rumah kaca terjadi pada setiap tahap siklus hidup plastik, mulai dari ekstraksi gas dan minyak hingga produksi, pembakaran, penimbunan, dan bahkan daur ulang. Sebelumnya, fokus analisis dampak iklim pada plastik hanya terbatas pada emisi dari produksi resin dan pembuatan produk plastik. Namun, pada tahun 2019, Center for International Environmental Law (CIEL) menerbitkan laporan yang memperkirakan emisi global dari seluruh siklus hidup plastik.
Produksi kemasan plastik sekali pakai merupakan kontribusi terbesar penyumbang plastik murni setiap tahun. Perkiraannya, sekitar 40 persen dari total permintaan plastik dan lebih dari setengah sampah plastik di seluruh dunia. Industri juga memperkirakan pertumbuhan ini didorong peningkatan signifikan penggunaan plastik di negara-negara berkembang.
“Perlunya solusi mengatasi krisis sampah plastik mulai dari awal produksi plastik dengan pengurangan produksi plastik di hulu. Inisiatif yang hanya berfokus pengurangan sampah di hilir tidak akan selesai apabila keran produksi plastik dikurangi,” ujar Manajer Kampanye Polusi dan Urban Walhi, Abdul Ghofar.
Baca Juga: Investigasi Jatam dan Walhi, Banjir dan Longsor di Maluku Utara Akibat Tambang Nikel
Tanggung jawab produsen atas sampah plastik sangat diperlukan. Tidak hanya fokus ke hilir, tapi juga hulu ketika plastik pertama kali diproduksi. Produsen FMCG saat ini baru 18 produsen yang telah mengimplementasikan pilot project Permen LHK Nomor 75 tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.
“Jumlahnya masih sedikit dibandingkan seluruh jumlah produsen di Indonesia. Dan tidak ada transparansi serta capaian dari peta jalan pengurangan sampah dari produsen,” ujar Plastics Project Leader Greenpeace Indonesia, Ibar Akbar.
Berdasarkan laporan “OECD-Global Plastics Outlook: Policy Scenarios to 2060” menyebutkan dalam skenario baseline, penggunaan plastik global diproyeksikan akan tiga kali lipat antara tahun 2019 dan 2060, dari 460 juta ton menjadi 1.321 juta ton. Data tahun 2023 menunjukkan 35 TPA mengalami kebakaran dan beberapa mengalami masalah overload seperti di TPA Piyungan Yogyakarta.
Baca Juga: Sri Endah, RUU Masyarakat Adat Terlantar karena Pemerintah Tak Paham Konsep
Selain perlu pengurangan produksi plastik untuk mengatasi sampah plastik, berdasarkan hierarki pengelolaan sampah, perlu solusi guna ulang untuk mengganti sistem distribusi dan bisnis yang menggunakan kemasan plastik sekali pakai. Berdasarkan Ellen MacArthur Foundation Reuse (guna ulang) Framework, ada empat model guna ulang yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pertama, pengisian ulang di rumah (Refill at home). Kedua, pengisian ulang saat bepergian (Refill on the go). Ketiga, pengembalian dari rumah (Return from home). Keempat, engembalian saat bepergian (Return on the go).
“Solusi guna ulang tidak hanya dapat dilakukan di area perkotaan saja, namun juga dapat dilakukan di area pulau-pulau kecil,” kata Direktur Eksekutif Divers Clean Action (DCA), Swietenia Puspa Lestari.
Baca Juga: Tiga Kali Gempa Kuningan adalah Satu Rangkaian Sesar Ciremai
Salah satunya yang dilakukan Divers Clean Action melalui Toko Cura’. Praktik baik yang dilakukan adalah mengimplementasikan pilot project isi ulang dan guna ulang di Kepulauan Seribu dengan bermitra dengan warung-warung kecil yang juga berkolaborasi dengan Startup Reuse/Refill provider.
Piknik Bebas Plastik menjadi contoh acara publik yang menggunakan protokol guna ulang. Protokol ini mengharuskan para peserta tidak menggunakan kemasan plastik sekali pakai dalam praktik tenant makanan dan minuman serta para pengunjung.
“Melalui Piknik Bebas Plastik menjadi bukti nyata bahwa masyarakat bisa melakukan praktik guna ulang, membawa tempat makan sendiri, tenant makanan dan minuman juga mampu memfasilitasi praktek guna ulang, seperti dengan menyediakan tempat pencucian alat makan,” papar Manager Komunikasi Dietplastik Indonesia, Adithiyasanti Sofia.
Baca Juga: Tiga Kali Gempa Kuningan adalah Satu Rangkaian Sesar Ciremai
Pawai Bebas Plastik menjadi bagian dari kampanye global yang dikenal sebagai #PlasticFreeJuly, yang secara khusus berfokus pada pengurangan penggunaan plastik sekali pakai pada bulan Juli. Para inisiator dari kegiatan Pawai Bebas Plastik ini terdiri dari Indorelawan, WALHI, Greenpeace Indonesia, Divers Clean Action, Dietplastik Indonesia, Econusa, Pandu Laut, dan Pulau Plastik. Pawai Bebas Plastik mengajak organisasi, komunitas dan jaringan masyarakat untuk bergabung dalam gerakan Pawai Bebas Plastik di kota-kota lainnya, bersama-sama menyerukan menghentikan krisis plastik. [WLC02]
Discussion about this post