Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan, PLN telah merencanakan pembangunan PLTS sejak 2021. PLTS tersebut merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa dan Bali.
“PLTS Terapung Cirata menjadi etalase kerja sama global mewujudkan penurunan emisi dalam percepatan transisi energi menuju NZE pada 2060,” kata Darmawan.
Chief Executive Officer Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi menambahkan, bahwa PLTS Terapung Cirata merupakan pengembangan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertamanya dengan PLN.
Baca Juga: Moratorium Izin Tambang DAS Progo, Walhi Yogya: Awal Pemulihan Lingkungan
Bangun EBT Lain
Jokowi berharap semakin banyak EBT yang secara konsisten dibangun di Indonesia, baik berupa tenaga surya, hidropower, geotermal, tenaga angin. Jokowi mengklaim, sejumlah investor asing tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan EBT di Tanah Air.
“Kalau (investor asing) yang antre banyak, tapi kami inginkan satu-satu. Tidak semua kami terima. Tapi yang kedua ini mungkin agak gede lagi, hidropower tapi memang belum final,” tutur Jokowi.
Diakui Jokowi, banyak tantangan akan dihadapi dalam berproses. Semisal, dari segi cuaca ataupun lokasi potensi EBT yang jauh dari pusat perekonomian. Namun Jokowi optimistis tantangan tersebut dapat diatasi dengan sejumlah solusi taktis.
Baca Juga: Varietas Padi Gamagora 7 Tahan Hama dan Tumbuh di Lahan Kering
“Tantangan lokasi potensi energi baru terbarukan yang jauh dari pusat, kebutuhan listrik, juga bisa kami atasi. Kami bisa bangun solusinya dengan transmission line. Nantinya setiap potensi EBT di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi bisa kami salurkan ke pusat-pusat ekonomi,” papar Jokowi.
Showcase PLTS Terapung di Indonesia
Kehadiran PLTS Terapung Cirata diharapkan akan meningkatkan kepercayaan investor serta mendorong inovasi teknologi sebagai solusi keterbatasan lahan dalam pengembangan energi surya di Indonesia.
PLTS tersebut juga bisa menjadi showcase dalam mengoptimalkan potensi PLTS terapung di waduk dan bendungan lain di Indonesia dengan potensi sebesar 89,36 GW di 295 lokasi. Dari total potensi PLTS Terapung tersebut, terdiri dari PLTS terapung di danau sebesar 74,67 GW di 36 lokasi dan PLTS terapung di bendungan sebesar 14,7 GW di 259 lokasi.
Baca Juga: KLHK Kebut Sosialisasi Bursa Karbon, Dosen UGM Ingatkan Perlu Dikawal
Sedangkan potensi PLTA di bendungan tercatat sebesar 567,4 MW yang terdiri dari 557,3 MW (59 Bendungan) tercantum di RUPTL 2021-2030 dan 10,8MW (8 Bendungan) diluar RUPTL. Di samping itu juga terdapat rencana pembangunan pump storage sebesar 4,2 GW pada tahun 2030.
Dalam pengerjaannya, proyek PLTS Terapung Cirata melibatkan pekerja dari warga sekitar 1.400 orang dari komunitas lokal sekitar proyek dan UMKM sekitar. Selain itu, melalui inovasi teknologi tinggi mampu mengatasi kedalaman waduk 80-100 meter, kemiringan 5-20 derajat, variasi level elevasi air waduk hingga 15 meter, dan penggunaan special design untuk anchoring dan mooring dengan dasar waduk yang berlumpur.
Tarif PLTS Terapung Cirata sangat kompetitif sebesar USD 5,8 cent/kWh yang diharapkan akan menurunkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dan membuat PLN lebih mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap subsisdi/ kompensasi. Pembangkit ini juga membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Bahkan membuka kesempatan kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik dengan Renewable Energy Certificate (REC) maupun perdagangan karbon. Proyek tersebut diklaim meningkatkan Foreign Direct Investment di Indonesia senilai USD143 juta. [WLC02]
Sumber: Kementerian ESDM, BPMI Setpres
Discussion about this post