Senin, 22 Desember 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Proyek Panas Bumi di NTT Ditolak Warga, Kementerian ESDM Gandeng UGM

UGM sebagai institusi pendidikan tinggi dianggap punya andil dalam mendukung pengembangan energi panas bumi.

Senin, 5 Mei 2025
A A
Masyarakat adat Poco Lek menolak proyek panas bumi. Foto Dok. AMAN

Masyarakat adat Poco Lek menolak proyek panas bumi. Foto Dok. AMAN

Share on FacebookShare on Twitter

Baca juga: Karangsambung, Laboratorium Alam yang Rekam Sejarah Geologi Pulau Jawa

Kelima, poin terakhir adalah keterbukaan informasi lingkungan. Transparansi dalam kondisi awal lingkungan dan hasil pemantauan dinilai krusial agar masyarakat dapat memahami penyebab perubahan di area sekitar proyek panas bumi serta langkah mitigasi yang diambil.

Informasi ini tidak hanya berguna untuk meredam konflik, tapi juga sebagai dasar evaluasi bersama secara periodik.

“Pengawasan partisipatif pun menjadi lebih mungkin terjadi ketika data terbuka bagi publik,” imbuh dia.

Baca juga: Lilis Sulistyorini, Risiko Kesehatan Akibat Mikroplastik adalah Nyata dan Terukur

Pulau Panas Bumi

Indonesia memiliki potensi besar dalam energi panas bumi atau geothermal sebagai sumber energi bersih dan terbarukan, salah satunya di Pulau Flores, NTT. Berdasarkan data Kementerian ESDM, Flores memiliki lebih dari 30 titik potensi panas bumi dengan total daya mencapai sekitar 900 megawatt.

Sejak 2017, Pulau Flores bahkan mendapat julukan sebagai Pulau Panas Bumi. Keunggulan ini menjadikan Flores sebagai wilayah strategis dalam peta transisi energi nasional. Sayangnya, pemanfaatan energi tersebut masih jauh dari optimal.

Hingga kini, total kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang beroperasi di Flores baru mencapai 18 megawatt listrik (MWe) atau kurang dari 25 persen kebutuhan listrik di wilayah NTT. Akibatnya, lebih dari 75 persen kebutuhan listrik masih dipenuhi dari bahan bakar fosil yang didatangkan dari luar.

Baca juga: Ada Keberlanjutan Ekonomi Masyarakat dari Dampak Konservasi Kekayaan Hayati

Kondisi ini dinilai telah membebani anggaran negara. Tercatat, tak kurang dari Rp790 miliar APBN per tahun digelontorkan untuk kompensasi dan subsidi bahan bakar minyak. Dengan potensi panas bumi yang melimpah, situasi ini dianggap ironi dalam konteks pembangunan berkelanjutan.

Pemerintah menilai, energi panas bumi dapat menjadi solusi jangka panjang untuk kemandirian dan keberlanjutan energi di NTT. Namun pengembangan energi ini tidak selalu berjalan mulus.

UGM sebagai institusi pendidikan tinggi dianggap punya andil dalam mendukung pengembangan energi panas bumi. Kampus ini dapat berkontribusi dalam mencetak sumber daya manusia unggul, meningkatkan kualitas eksplorasi, mengembangkan teknologi ekstraksi yang ramah lingkungan. Juga menyusun kajian ilmiah untuk memastikan pengembangan energi panas bumi berjalan aman, menyejahterakan masyarakat, dan berkelanjutan.

Sebagai kampus dengan semangat pengabdian, UGM juga dapat menjadi jembatan antara teknologi dan kearifan lokal. Dukungan dari akademisi diharapkan memperkuat legitimasi sosial dan ilmiah pengembangan energi di daerah. [WLC02]

Sumber: UGM

Terkait

Page 2 of 2
Prev12
Tags: Kementerian ESDMPri Utamiproyek geothermalproyek panas bumiPulau Flores

Editor

Next Post
Ilustrasi ganja medis. Foto TerreDiCannabis_/pixabay.com.

BNN akan Gandeng BRIN untuk Riset Ganja Medis, LBHM Sampaikan Rekomendasi

Discussion about this post

TERKINI

  • Masyarakat adat Awyu, Papua mengajukan permohonan kasasi ke MA terkait upaya mempertahankan kelestarian hutan Papua. Foto Dok. Walhi Papua.Walhi Papua Tolak Rencana Prabowo Buka Perkebunan Sawit di Papua
    In News
    Rabu, 17 Desember 2025
  • Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Terancam Punah, DIY Didesak Terbitkan Larangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang
    In News
    Selasa, 16 Desember 2025
  • Evakuasi warga terdampak banjir di Bali pada Minggu, 14 Desember 2025. Foto BNPB.Banjir di Bali Menewaskan Seorang Turis Mancanegara
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • Penanganan darurat bencana Sumatra, pengerukan Sungai Aek Doras, Kota Sibolga, Sumatra Utara. Foto BNPB.Bencana Sumatra, Korban Tewas Mencapai Seribu Lebih
    In Bencana
    Senin, 15 Desember 2025
  • FAMM Indonesia bersama Kaoem Telapak menggelar "FAMM Fest: mempertemukan Suara, Seni, dan Rasa" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam rangka peringatan 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKTP) pada 10 Desember 2025.Perempuan di Garis Depan Krisis Ekologis
    In News
    Sabtu, 13 Desember 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Indepth
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media