Wanaloka.com – Beternak kambing itu gampang-gampang susah. Apalagi sebagian orang tak tahan dengan aroma kambing yang “lebus” atau “prengus”. Namun kendala itu tak masuk dalam kamus Dosen Bidang Ilmu Teknologi Pengolahan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Dr. Ir. Retno Iswarin Pujaningsih, MAgrSc.
Yang menjadi tantangan baginya adalah kebiasaan peternak kambing di Indonesia umumnya yang masih menggunakan sistem pemeliharaan secara tradisional. Pakan kambing berupa rumput atau pakan hijauan diambil dari lingkungan sekitar, kemudian langsung diberikan pada ternak. Pola itu dapat menjadi perantara penularan cacing melalui larva cacing dalam pakan ke dalam tubuh kambing.
“Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian, tetapi kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar,” tutur Retno.
Penyusupan organisme parasit, terutama cacing ke dalam tubuh ternak hingga berkembang biak (investasi) dalam jumlah banyak sering kali menyebabkan peternak rugi karena menekan produktivitas. Antara lain penurunan berat badan, penurunan produksi susu pada ternak perah, serta peningkatan angka afkir organ tubuh ternak, seperti daging, kulit, dan jeroan.
Baca Juga: Januarti Jaya Ekaputri, Perempuan Periset Beton Peraih Aneka Penghargaan
“Investasi cacing dalam jumlah banyak dapat menurunkan tingkat kekebalan tubuh ternak. Ini memudahkan infeksi berbagai macam penyakit lainnya,” imbuh Retno.
Aktivitas endoparasit menyebabkan produksi sel darah merah menurun yang diikuti dengan penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit. Endoparasit menyebabkan penurunan bobot badan dan anemia pada ternak. Infeksi endoparasit pada tubuh ternak akan direspons dengan bertambahnya jumlah leukosit sebagai upaya pertahanan diri.
Penanganan cacingan pada ternak dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, obat cacing kimia dapat menyebabkan resistensi terhadap jenis cacing tertentu. Alternatif pengganti obat cacing adalah dengan memberikan obat cacing herbal.
Seperti apakah obat cacing herbal itu? Hasil riset Retno menunjukkan daun pepaya mengandung senyawa alkaloid, tanin, saponin dan flavonoid yang memiliki aktivitas anthelmintik sehingga dapat dijadikan sebagai anthelmintik. Pemberian daun pepaya sebagai herbal anthelmintik dapat dikombinasikan dengan suplemen pakan untuk menunjang produktivitas ternak.
Baca Juga: Ismi Dwi Astuti Nurhaeni: Perspektif Gender Penting dalam Pengelolaan Hutan Lestari
Kemudian Retno menciptakan formula multinutrien blok yang merupakan pakan pelengkap atau suplemen pakan yang memiliki kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan oleh ternak, seperti mineral, protein, lemak dan serat. Suplemen pakan membantu meningkatkan populasi mikroba rumen sehingga serat kasar dari pakan hijauan dapat tercerna dengan baik.
Mengapa manajemen pakan, selain manajemen indukan dan perkandangan sangat diperhatikan Retno dalam beternak kambing? Karena pakan meliputi 60 persen dari keseluruhan biaya produksi. Namun untuk mengusahakan kambing ternak tidak harus dimulai dengan modal yang sangat besar. Melalui modal yang kecil, ternak kambing dapat dimulai dan tetap akan menghasilkan keuntungan karena perkembangbiakannya relatif cepat.
Mempopulerkan Susu Kambing
Discussion about this post