Penelitian dilakukan selama 12 bulan dengan memasang perangkap hujan setinggi sekitar 28 meter. Dari hasil pengumpulan sampel, ditemukan antara 3 hingga 40 partikel mikroplastik per meter persegi per hari, dengan rata-rata 15 partikel.
Baca juga: Varian Virus Influenza Berbeda, Respons Kekebalan Tubuh Berpotensi Lambat
Artinya, pada area seluas 1.000 meter persegi, terdapat sekitar 15.000 partikel plastik yang jatuh setiap hari. Partikel-partikel tersebut dapat berpindah ke berbagai wilayah melalui embusan angin, sehingga dampaknya tidak terbatas hanya pada satu kawasan.
Dampak limbah plastik
Penyebaran mikroplastik di udara merupakan persoalan yang serius. Namun, ia menegaskan air hujan pada dasarnya tetap bersih dan membawa manfaat. Yang menjadi sumber masalah adalah perilaku manusia dalam mengelola limbah plastik.
“Hujan itu tidak berbahaya. Yang berbahaya justru perilaku manusia yang membuang sampah dan memproduksi plastik tanpa pengelolaan,” jelas dia.
Baca juga: Mitigasi Kebakaran Lahan Gambut Lewat Pendekatan Ekohidrologi
Sebab ketika hujan turun, air hujan membantu “menyapu” polutan di udara dan menurunkannya ke tanah. Namun, jika tanah sudah tercemar, maka polutan tersebut hanya berpindah dari satu medium ke medium lain. Dengan kata lain, hujan tidak menyebabkan pencemaran, tetapi menjadi bagian dari proses alam yang membersihkan udara dari partikel berbahaya.
Melalui riset ini, Reza berharap masyarakat dapat memahami bahwa air hujan tetap dapat dimanfaatkan secara aman. Asalkan sumber pencemarannya dikelola dengan baik. Hujan tetap menjadi berkah, apabila manusia mampu menjaga keseimbangan alam. [WLC02]
 
			





 
                                    
Discussion about this post