Tidak kalah penting, menurut Kompiang, peningkatan teknik pengolahan produk hayati atau bioresource product engineering harus dimaksimalkan pemanfaatan bahan baku sumber daya hayati yang tersedia sehingga dapat bernilai jual lebih tinggi.
Baca Juga: Fenomena Mbedhidhing Pernah Capai 1 Derajat Celcius di Dataran Tinggi Dieng
“Pengembangan sain dan teknologi untuk pengolahan sumber daya alam hayati memerlukan riset yang serius. Sejalan dengan penerapan konsep bioresource product engineering,” terang dia.
Ia menyampaikan kegiatan Teaching Industry yang dilakukan UGM dalam mengimplementasikan Tridarma Perguruan Tinggi pada pengelolaan produk hayati, salah satu usaha dalam konsep tersebut adalah UGM Cocoa Teaching and Learning Industry.
Ia berharap program ini tidak hanya mampu membangkitkan industri kakao, namun juga mampu menggerakkan industri hilir makanan dan minuman berbasis coklat untuk melakukan ekspansi dan berdampak positif. Sebab nilai tambah kakao ada di dalam negeri, menyerap tenaga kerja, adanya multiplier effect terhadap industri pendukung seperti industri pengemasan, transportasi, perbankan, dan sektor-sektor lain.
Baca Juga: Kritik Walhi Gorontalo, Pemda Lamban Atasi Bencana Ekologis di Gorontalo yang Berulang
Ia pun mengajak semua orang untuk bersama menyumbangkan solusi demi pemanfaatan sumber daya alam yang berkualitas. Serta mengimplementasikan potensi sumber daya alam hayati dan manusia yang melimpah untuk memberikan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia.
“Bangsa Indonesia harus unggul dan tampil terdepan dalam pengembangan teknologi pengolahan sumber daya alam berbasis bioresource product engineering untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi bangsa menuju kesejahteraan rakyat,” harap dia. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post