Akhirnya Thé diminta kembali ke Indonesia untuk mengambil alih kepemimpinan meskipun harus sambil menyelesaikan penelitiannya di Indonesia pada 1959. Ia merampungkan studinya hingga menjadi doktor di bidang astronomi pertama Indonesia di Cleveland pada 1960.
Setelah menuntaskan pendidikannya, Thé menjadi direktur di observatorium ini. Ia memegang tanggung jawab atas pendidikan astronomi di Indonesia yang telah digagas Dr. Bruno van Albada. Banyak mahasiswa yang lulus dan melanjutkan pendidikan magister dan Ph.D di luar negeri, seperti ke Paris dan Case Western Reserve di Cleveland.
Baca Juga: Sudah 883 Gempa Guncang Kota Jayapura Papua dari Sejak Awal Tahun 2023
“Akhirnya, mahasiswa Ph.D lainnya berhasil lahir pada 1968, yakni Bambang Hidayat,” jelas van den Heuvel.
Pada tahun yang sama, Thé mendapatkan undangan untuk menjadi dosen astronomi di Amsterdam. Kepemimpinan observatorium diserahkan kepada Bambang Hidayat. Waktu kepemimpinannya lama selama 31 tahun hingga 1999.
“Selama menjabat, penelitian di observatorium berkembang dari stellar physics ke extragalactic astronomy hingga ke cosmology dan stellar system physics,” jelasnya.
Baca Juga: Arif Nur Muhammad, Temukan Vaksin Covid-19 Halal Tanpa Penolakan Tubuh
Bambang Hidayat membawa observatorium ini hingga ke kancah internasional dengan melakukan banyak konferensi di Bali dan Bandung. Ia juga melahirkan banyak mahasiswa yang melanjutkan studi Ph.D hingga Amsterdam. Salah satu mahasiswa terbaik dan tercepat dalam menyelesaikan studi Ph.D, yaitu Winardi Sutyanto. Ia berhasilkan menyelesaikan studinya pada 1975.
“Semoga observatorium ini semakin sukses dan menciptakan banyak penemuan penting di masa mendatang,” kata van den Heuvel.
Direktur East Asian Observatory, Prof. Paul Ho dalam sambutannya yang berjudul “Bagaimana Indonesia dapat Lebih Terlibat di Jaringan Astronomi” menyampaikan betapa penting pengembangan ilmu astronomi. Terlepas dari teknologi, sumber daya manusia adalah faktor yang sangat penting dari pengembangan ilmu astronomi. Memastikan para astronomer berbakat untuk mau tinggal dan bekerja di Indonesia maupun Asia harus menjadi prioritas.
Baca Juga: Mengenal Komet ZTF yang Melintas secara Hiperbola Sekali Seumur Hidup
“Retain the academicians to stay in Indonesia and Asia to build our future together. Sebab astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mendorong sains dan pertumbuhan,” kata Ho.
Dan bagi Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, pemikiran K. A. R. Bosscha memilih lokasi Observatorium Bosscha tidak jauh dari Technische Hoogeschool Bandung (cikal bakal ITB) untuk menjamin penyiapan sumber daya manusia ke depan.
“Sungguhlah visionaris,” tutur Reini. [WLC02]
Sumber: ITB
Discussion about this post