Wanaloka.com – Kegiatan pemuliaan tanaman merupakan usaha yang mendasarkan diri pada ilmu pengetahuan. Namun selama ini kegiatan pemuliaan tanaman masih dianggap sebagai kegiatan yang tidak efisien, karena memerlukan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengubah kegiatan pemuliaan tanaman menjadi lebih efisien dengan memanfaatkan inovasi teknologi.
Meski terbilang tidak efisien, usaha peneliti melakukan pemuliaan tanaman dituntut bisa menghasilkan varietas unggul, ramah perubahan iklim dalam waktu cepat dan murah. Dengan demikian, pemulia harus cerdas memanfaatkan semua inovasi teknologi yang berkembang, baik di bidang biologi maupun bidang lainnya.
Pengalaman Taryono dan tim dalam pengembangan varietas padi baru Gamagora 7, ternyata penapisan merupakan tahapan paling banyak menyita waktu, tenaga dan biaya.
Baca Juga: Investor IKN Dapat HGU 190 Tahun, Masyarakat Adat Kian Terasing di Tanahnya
“Jadi pengembangan teknologi harus lebih banyak diarahkan untuk mempercepat proses dihasilkannya varietas yang membantu proses penapisan melalui teknologi rekayasa genetika, maupun teknologi in vitro,” papar Dosen Fakultas Pertanian UGM Prof. Taryono dalam Pidato Pengukuhan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman Pangan di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM, Selasa, 16 Juli 2024.
Taryono juga dikenal sebagai peneliti varietas padi Gamagora. Ia menulis pidato pengukuhan yang berjudul “Pengembangan Pemuliaan Partisipatif dalam Mendukung Kemandirian Pangan Nasional”.
Melalui usaha pemuliaan cepat dan siklus pemuliaan yang lebih pendek, Taryono mengakui dapat menjadi pendekatan yang paling sederhana dan efektif untuk mengembangkan varietas baru. Didukung dengan inovasi teknologi yang dapat mempercepat dihasilkannya varietas unggul dibedakan menjadi teknologi non molekuler dan molekuler.
Baca Juga; Status Gunung Semeru Jadi Waspada, Hati-hati Lontaran Batu Pijar
Yang tidak kalah penting, sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian sangatlah mendukung kegiatan pemuliaan tanaman. Adanya sumber daya genetik tanaman yang terdiri dari kerabat liar, varietas petani (landrace), varietas lokal maupun varietas unggul, mau tidak mau harus dilestarikan, baik di lingkungan aslinya maupun dipindahkan ke tempat lain. Baik dalam bank gen biji maupun lapangan tergantung sifat bahan perbanyakannya.
Ia menegaskan, UGM telah lama mengelola bank gen baik biji maupun lapangan. Bank gen biji menyimpan benih ortodok tanaman pangan dan hortikultura seperti padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang panjang, kecipir, dan labu.
Usaha pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman terus dilakukan oleh UGM untuk mendukung program kemandirian pangan. Sebab keberadaan di alam terdesak pembangunan pertanian, pertambahan penduduk dan perubahan iklim.
Baca Juga: Catatan Kritis Walhi atas Pengalihan Utang untuk Konservasi Terumbu Karang
“Upaya pengembangan bahan genetik dilakukan sebagai sumber ketahanan terhadap cekaman biologi dan lingkungan serta perbaikan mutu, pencarian jantan mandul untuk pengembangan varietas hibrida dan pengembangan varietas baru dengan memindahkan sifat yang diinginkan dari beragam sumber daya genetik ke varietas unggul,” papar dia.
Persoalan pangan nasional, lanjut Taryono, sebaiknya perlu dilakukan desentralisasi di daerah agar sistem pangan di daerah menjadi kuat karena mendasarkan diri pada pangan lokal. Selama ini, dalam pelestarian sumber daya genetik tanaman, pemerintah daerah didukung dengan keberadaan Komisi Daerah Plasma Nutfah (Komda Plasma Nutfah). Namun keberadaan Komda Plasma Nutfah tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan.
Baca Juga: PT NSP Disebut Mencicil Ganti Rugi Karhutla hingga 18 Desember 2024
Dalam kesempatan itu, ia mengusulkan agar Komda Plasma Nutfah diaktifkan kembali dengan kegiatan tidak hanya pelestarian. Namun juga pemanfaatan sumber daya genetik tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman menggunakan pendekatan partisipatif.
“Pemuliaan partisipatif merupakan pendekatan yang sangat disarankan untuk menjawab kemandirian pangan di masa yang akan datang dengan banyaknya tantangan yang harus dihadapi,” kata Guru Besar UGM ke-452 itu. Dia adalah salah satu dari 26 Guru Besar aktif dan salah satu dari 73 Guru Besar di Fakultas Pertanian UGM. [WLC02]
Sumber: UGM
Discussion about this post