Wanaloka.com – Laporan Bank Dunia Tahun 2022 disebutkan, bahwa saat ini populasi dunia mencapai lebih dari 7,9 miliar jiwa dan terus meningkat setiap tahunnya. Angka tersebut berbanding terbalik dengan ketersediaan air bersih dunia. Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami krisis air bersih pada tahun 2040. Ancaman ini tentunya memerlukan penanganan dan antisipasi khusus agar masyarakat tidak kekurangan air bersih.
Pakar hidrologi sekaligus Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof Agus Maryono memperkenalkan Gerakan Memanen Air Hujan Indonesia dan Gerakan Restorasi Sungai Indonesia. Menurut dia, air hujan dapat menjadi salah satu sumber air alternatif, terlebih dengan kondisi dua musim yang dimiliki Indonesia.
Mengingat selama ini air hujan yang turun setiap periode musim penghujan langsung dialirkan ke saluran drainase tanpa ada upaya pengolahan kembali. Padahal, rata-rata curah hujan Indonesia mencapai 2.000-3.000 millimeter per tahun.
Baca Juga: Geomimo BRIN untuk Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penanggulangan Bencana
“Sebenarnya air tanah itu tidak hanya dipompa, dipakai, dan diukur, tapi perlu dikonservasi. Salah satu konservasinya adalah dengan air hujan,” kata Agus dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis, 23 Mei 2024.
Air hujan yang dikonversi bisa diinjeksikan ke dalam tanah sehingga bisa memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah.
Selain memanen air hujan, Agus juga menyampaikan upaya restorasi sungai. Menurut dia, sungai memiliki peran strategis bagi kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal ketersediaan air bersih. Sayangnya, kondisi sungai-sungai di Indonesia justru sangat memprihatinkan dengan adanya tumpukan sampah dan ekosistem yang tidak terawat.
Baca Juga: Jokowi Klaim Bendungan Jadi Solusi Krisis Air, Walhi Ingatkan Kasus Wadas
Discussion about this post