Sabtu, 23 September 2023
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

8 Kali Keguguran, Badak Sumatra di TN Way Kambas Ini Akhirnya Berhasil Melahirkan

Upaya keras Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas dalam mengembangbiakan Badak sumatra, terkhusus pada badak Rosa yang mengalami gangguan rahim, akhirnya membuahkan kabar gembira.

Senin, 28 Maret 2022
A A
Badak sumatra dan anaknya di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung. Foto ppid.menlhk.go.id.

Badak sumatra dan anaknya di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung. Foto ppid.menlhk.go.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Kabar menggembirakan datang dari Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) di Provinsi Lampung. Badak betina bernama Rosa akhirnya berhasil melahirkan satu anak badak jenis kelamin betina. Badak betina ini sejak 2017 hingga 2020 mengalami delapan kali keguguran.

Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) Rosa memerlukan waktu tiga jam untuk melahirkan. Sejak masa bunting hingga proses melahirkan dan pascamelahirkan, badak Rosa mendapatkan perhatian intensif dari dokter hewan SRS TNWK, YABI serta dukungan dokter hewan dan perawat hewan internasional.

Para dokter hewan yang terlibat dan siaga di persalinan badak Rosa di antaranya, dokter hewan SRS TNWK dari Yayasan Badak Indonesia (YABI), drh. Zulfi Arsan (koordinator), drh. Ni Made Ferawati, drh. Aprilia Widyawati, dan drh. Vidi Saputra, drh. Dedi Candra dari Ditjen KSDAE, Kementerian LHK, drh. Diah Esti Anggraini dari Rumah Sakit Gajah Balai TNWK dan drh. Bongot Huaso Mulia dari Taman Safari Indonesia. Perawat satwa Sugiyanto, Soca Adi Fatoni, dan Lamijo.

Baca Juga: Momen Langka Menetasnya Telur Elang Jawa Terekam CCTV

Saat persalinan badak Rosa tampak hadir drh. Scott Citino dari White Oak Conservation serta perawat satwa senior Paul Reinhart dari Cincinnati Zoo, Amerika Serikat, serta pakar Reproduksi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University, Dr. drh. Muhammad Agil, MSc.Agr.

Dengan lahirnya anak badak hasil perkawinan badak Rosa (induk betina) dan Andatu (induk jantan), kini populasi badak di SRS TNWK bertmbah. Tujuh badak lainnya, Bina (betina), Ratu (betina), Andalas (jantan), Harapan (jantan), Andatu (jantan), dan Delilah (betina).

Badak Rosa dan Andatu

Badak Rosa merupakan badak translokal dari Taman Nasional Bukit Barisan. Pemindahan badak Rosa ke SRS TNWK dilakukan karena perilaku badak betina ini tidak takut bertemu manusia dan kerap muncul di jalan dan pemukiman warga.

Perilaku badak Rosa yang lebih merasa aman ketika dekat dengan manusia, kurangnya intensitas perkawinan dan tidak bunting dalam waktu bertahun-tahun, menyebabkan reproduksinya mengalami gangguan dengan munculnya fibroid rahim (miom).

Baca Juga: Anak Krakatau Kembali Erupsi, Semeru Lontarkan Abu Setinggi 1 Kilometer

Sejak 25 November 2005, badak Rosa menghuni SRS TNWK. Pada 2015, badak betina ini berhasil dikawinkan, dan tahun 2017 diketahui badak Rosa untuk pertama kalinya alami bunting. Sayangnya, kebuntingan pertama itu hingga kebuntingan yang kedelapan tahun 2020, badak Rosa mengalami keguguran.

Badak jantan Andatu yang menjadi pejantan badak Rosa untuk kebuntingan kesembilannya hingga berhasil melahirkan, adalah Badak sumatra pertama di Asia yang lahir di penangkaran dalam kurun waktu 124 tahun terakhir, sejak lahirnya anak Badak sumatra di Calcutta Zoo, India. Andatu lahir di SRS TNWK pada 23 Juni 2012, hasil perkawinan badak induk badak Ratu dengan badak Andalas.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: Badak sumatraFibroid rahimKementerian LHKsatwa dilindungisatwa terancam punahSuaka Rhino SumateraTaman Nasional Way Kambas

Editor

Next Post
Prof. Lailan Syaufina. Foto ipb.ac.id.

Lailan Syaufina: Kebakaran Hutan dan Lahan Menurun Tajam, Diduga Akibat Covid-19

Discussion about this post

TERKINI

  • Episenter gempa 6,6 magnitudo Laut Banda, Maluku, pada Jumat, 22 September 2023, pukul 21.59 WIB. Foto Google Earth berdasarkan koordinat pusat gempa BMKG.Gempa 6,6 Magnitudo Laut Banda Maluku, Ini Analisis BMKG
    In News
    Jumat, 22 September 2023
  • Presiden Jokowi didampingi Menteri Siti Nurbaya meninjau persemaian Mentawir pada Kamis, 21 September 2023. Foto ppid.menlhk.go.id.Dari Mentawir Menghijaukan Ibu Kota Nusantara dan Kalimantan
    In News
    Kamis, 21 September 2023
  • Dekan Fakultas Biologi UGM, Prof. Budi Setiadi Daryono. Foto sustainabledevelopment.ugm.ac.id.Budi Setiadi: Teknologi AI Berperan Mengelola dan Melestarikan Sumber Hayati
    In Sosok
    Rabu, 20 September 2023
  • Ilustrasi kapal penangkap ikan. Foto moritz320/pixabay.com.Walhi: Ekonomi Biru Dorong Perampasan Ruang Laut di Indonesia, Ini Catatannya
    In Lingkungan
    Rabu, 20 September 2023
  • Pembukaan The 4th Workshop of Blue Carbon Hub Think Thank - IORA di Bali. Foto Dok. Kemenko Marves.Ekosistem Karbon Biru Diklaim Dukung Keberlanjutan Ekonomi Biru
    In News
    Rabu, 20 September 2023
wanaloka.com

©2022 Wanaloka Media

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Wanaloka.com

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2022 Wanaloka Media