Wanaloka.com – Benua Asia dan Afrika merupakan dua benua yang pernah menjadi daerah jajahan negara-negara Eropa. Namun kedua kawasan ini mengalami kolonialisme dengan cara dan motif yang berbeda.
“Motif kolonialisme yang diusung bangsa Eropa di Asia berbeda dengan di Afrika,” kata Dosen Program Studi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Mohamad Rezky Utama dalam talk show bertajuk Ngalir Live Talk bertema The Rise and Fall of Asia and Africa sebagaimana dilansir dari laman uii.ac.id, Kamis, 13 Januari 2022.
Baca Juga: Kisah Mark Zuckerberg hingga Raja Belanda Blusukkan ke Kampoeng Cyber
Di mencontohkan penjajahan oleh Spanyol dan Portugis. Awalnya, kedua negara ini mengusung misi gold, glory, dan gospel, yakni keinginan menangguk keuntungan yang banyak (gold), membuat koloni-koloni daerah jajahan (glory), serta menyebarkan agama atau keyakinan (gospel). Kemudian misi itu diubah untuk menjadikan negara jajahannya mengadopsi budaya Spanyol dan Portugis.
“Semisal Filipina yang mengalami kristenisasi secara massal dan diwajibkan menggunakan bahasa Spanyol,” kata Utama.
Gaya yang berbeda diusung oleh Belanda dan Inggris yang lebih mengedepankan motif keuntungan ekonomi melalui perdagangan. Mereka melakukan ekspansi dan eksploitasi melalui perusahaan dagang, seperti Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) milik Belanda dan East India Company milik Inggris.
“Kalau penjajahan di benua Afrika dilatarbelakangi motif mentalitas superior bangsa-bangsa Eropa,” papar Wahyu Arif Raharjo yang juga Dosen HI UII.
Baca Juga: Baboe Mengalami Diskriminasi Sekaligus Diperlakukan Sama oleh Keluarga Kolonial
Salah satu bentuk praktik bentuk penjajahan itu adalah jual beli budak. Wahyu menjelaskan, dalih lain yang digunakan oleh negara-negara Eropa dalam menjajah Afrika adalah rasisme saintifik yang mencoba untuk mengklasifikasikan kecerdasan setiap bangsa berdasarkan ras seseorang.
Dampaknya, ada dogma yang seolah bangsa Eropa yang berkulit putih jauh lebih cerdas dibandingkan bangsa Afrika yang kulit hitam.
“Ini jadi sebuah motivasi seolah Eropa harus menyelamatkan orang Afrika (dari kebodohan) melalui penjajahan,” imbuh Wahyu.
Discussion about this post