Wanaloka.com – Banjir di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, rutin terjadi, terutama saat musim hujan. Kondisinya cukup parah dan menyebabkan aktivitas warga warga. Banjir yang berkepanjangan di wilayah ini sering disebabkan oleh curah hujan tinggi. Juga kontur daerah Sungai Ambawang yang didominasi wilayah dataran rendah dan sangat dekat dengan aliran sungai besar.
“Kondisi banjir yang berulang terjadi perlu menjadi perhatian. Kami perlu pelajari dulu apa yang perlu kami lakukan termasuk perlu dilihat tata kelola di hulu catchment area (area tangkapan),” ujar Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Bob Arthur Lombogia saat melakukan kunjungan lapangan ke lokasi banjir Sungai Ambawang bersama rombongan Komisi V DPR RI, Jumat, 6 Desember 2024.
Sungai Ambawang merupakan anak Sungai Kapuas dengan panjang 70,15 kilometer. Terakhir, luas area genangan banjir mencapai 168,83 ha.
Baca Juga: Banjir Bandang dan Retakan Tanah di Sukabumi Akibat Bibit Siklon dan Gempa
Sejak 2021 hingga 2024, Direktorat Jenderal SDA mengklaim telah melakukan pekerjaan rutin berupa pemeliharaan Sungai Ambawang. Namun banjir tetap terjadi. Bob mengatakan pihaknya akan melakukan kajian khusus untuk mencari solusi yang tepat dalam penanganan Sungai Ambawang.
“Tahap darurat, kami akan segera turunkan alat excavator amphibi. Selanjutnya kami akan mempelajari apa yang perlu kami lakukan disini. Tahun depan, Direktorat Sungai dan Pantai akan mengkaji dan memberikan perhatian khusus penanganan Sungai Ambawang ini,” ujar Bob.
Menurut Bob, dalam peraturan tata ruang ada konsep Zero Delta Q. Kebijakan ini mengharuskan agar tiap bangunan tidak boleh mengakibatkan bertambahnya debit air ke sistem saluran drainase atau sistem aliran sungai. Penerapan kebijakan ini membutuhkan law enforcement, khususnya perizinan.
Baca Juga: Awas! Bibit Siklon Tropis 6-8 Desember 2024, Nelayan Diminta Tak Melaut
“Kalau kami tidak memulai melakukan ini, permasalahan banjir akan semakin besar,” tegas Bob.
Rombongan melakukan susur sungai di lokasi banjir Sungai Ambawang di Desa Pancaroba dan melihat Jalan Trans Kalimantan yang terdampak banjir Sungai Ambawang ini.
Akibat banjir Oktober 2024 lalu, tidak hanya merendam rumah penduduk, tetapi juga mengancam jalan nasional yang menghubungkan ruas lintas Kalimantan Selatan. Jika jalan tersebut lumpuh, distribusi barang dan mobilitas masyarakat, termasuk akses ke layanan kesehatan akan terganggu.
Baca Juga: Banjir dan Longsor di Sukabumi, Lima Tewas dan 10 Jembatan Rusak
Jalan Trans Kalimantan sepanjang 1,5 km tergenang. Saat banjir, ketinggian muka air mencapai 50 cm di atas permukaan jalan eksisting. Pada tahun 2020, Ditjen Bina Marga telah melakukan peninggian jalan menjadi 120 cm sepanjang 1,6 km. Namun kondisi banjir yang kerap terjadi, upaya ini tidak mengurangi risiko genangan di Jalan Trans Kalimantan.
Dirjen Bina Marga Rachman Arief Dienaputra mengatakan akan berkolaborasi dengan Ditjen SDA dalam pengendalian banjir Kawasan Sungai Ambawang. Ditjen SDA akan melakukan penanganan sungai terlebih dulu, setelah itu penataan jalan oleh Ditjen Bina Marga.
“Karena walaupun jalan ditinggikan berapapun akan sia-sia, apabila Sungai Ambawang yang menjadi sumber banjir tidak tertangani,” ujar Rachman.
Baca Juga: Nikmati Fenomena Astronomi 2025 dari Parade Planet hingga Hujan Meteor
Akibat tertutup gulma
Banjir berkepanjangan ini melanda lima desa, yaitu Lingga, Teluk Bakung, Panca Roba, dan Korek. Menurut Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus merupakan masalah serius yang membutuhkan solusi segera.
Menurut dia, penyebab utama banjir adalah penyempitan alur Sungai Ambawang. Dalam tinjauan lapangan, terungkap sekitar 70 persen permukaan sungai telah tertutup gulma yang menghambat aliran air. Kondisi ini menyebabkan banjir tak kunjung surut selama berbulan-bulan.
Discussion about this post