Kamis, 13 November 2025
wanaloka.com
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video
No Result
View All Result
wanaloka.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

Banjir Perkotaan, Dosen ITB Sarankan Lembaga Khusus Tangani Banjir

Jumat, 12 Januari 2024
A A
Penampakan banjir di Braga, Kota Bandung, Jawa Barat pada 11 Januari 2024. Foto bnpb.go.id.

Penampakan banjir di Braga, Kota Bandung, Jawa Barat pada 11 Januari 2024. Foto bnpb.go.id.

Share on FacebookShare on Twitter

Wanaloka.com – Bencana banjir melanda Kota Bandung, Jawa Barat pada 11 Januari 2024. Bencana itu dipicu hujan berintensitas tinggi yang mengakibatkan Sungai CIkapundung meluap hingga ke permukiman warga.

Merujuk laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Jumat, 12 Januari 2024 pukul 00.46 WIB, sebanyak 600 jiwa dan 600 rumah di wilayah Kelurahan Braga Kecamatan Sumur Bandung terdampak banjir. Sedangkan 150 jiwa memilih mengungsi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini waspada potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang yang diprediksi terjadi di Kota Bandung dan sebagian wilayah Jawa Barat pada hari ini.

Baca Juga: BMKG Ingatkan Cuaca Ekstrem Mengancam hingga Februari 2024

BNPB pun mengimbau kepada pemerintah daerah maupun masyarakat, khsususnya yang tinggal di wilayah rawan bencana banjir seperti di sekitar daerah aliran sungai, agar melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan menghadapi musim hujan. Antara lain dengan membersihkan secara rutin saluran air, drainase dan sungai dari sampah agar tidak terjadi penyumbatan atau pendangkalan yang mengakibatkan debit air mudah meluap saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi

Lembaga Khusus Banjir
Pengelolaan volume air yang meningkat saat hujan deras dapat dilakukan dengan infiltrasi (penguatan daya serap) maupun run off (penguatan daya tampung). Jika infiltrasi diutamakan menjadi solusi, maka lahan terbuka hijau harus dibuat banyak sehingga daya serap air semakin besar.

Persoalannya, wilayah di Kota Bandung, khususnya bagian utara, yang mestinya menjadi daerah serapan sudah dipenuhi dengan permukiman. Solusi berupa infiltrasi atau menambah daya serap pun dipandang menjadi tidak realistis.

Baca Juga: Riset BRIN, Amblesan Tanah Jadi Bahaya Tersembunyi karena Sulit Terdeteksi

Alternatif solusi lain adalah penguatan daya tampung, baik dengan melakukan normalisasi area sungai, naturalisasi, maupun kolam retensi. Namun upaya itu memiliki tantangan karena kondisi kota yang sudah padat.

Kapasitas Sungai Cikapundung relatif kecil sehingga tidak dapat menampung volume air yang besar. Pemerintah sudah melakukan mitigasi melalui pembuatan tanggul sehingga sedikit menambah kapasitas sungai dan air tidak luber ke samping kiri dan kanan sungai. Namun, ketika volume airnya besar berpotensi menjebol tanggul.

“Realitasnya, apakah daya tampung dapat disiapkan secara maksimal karena di lapangan sudah padat sehingga sulit untuk pelebaran sungai. Kolam retensi pun sulit dilakukan. Akhirnya yang memungkinkan ditanggul setinggi mungkin. Persoalannya, ketika tanggul tersebut jebol bencananya juga luar biasa,” ujar Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (FITB ITB), Heri Andreas, Jumat, 12 Januari 2024.

Baca Juga: Ismawan, Waspada Gempa Meski Tinggal di Zona Sesar Belum Dipetakan

Dosen dari Kelompok Keahlian Sains Rekayasa dan Inovasi Geodesi itu menjelaskan, curah hujan memiliki karakteristik rendah, tinggi, dan bisa sangat tinggi serta memiliki masanya. Hingga akhirnya muncul siklus banjir 5 tahunan hingga dalam waktu yang lebih cepat maupun lama.

Terkait

Page 1 of 2
12Next
Tags: bencana banjirBNPBinfiltrasiITBKelompok Keahlian Sains Rekayasa dan Inovasi GeodesiKota Bandungprogram biopori

Editor

Next Post
Peralatan tim BMKG yang meneliti gempa Sumedang. Foto Dok. BMKG.

Kisah Para Peneliti Gempa Sumedang

Discussion about this post

TERKINI

  • Ilustrasi cuaca ekstrem. Foto Soetana Hasby/Wanaloka.com.Peringatan BMKG, Cuaca Ekstrem Sepekan Ini
    In News
    Senin, 10 November 2025
  • Ilustrasi ancaman perubahan iklim bagi masa depan anak. Foto Pexels/pixabay.comJejaring CSO Ajak Anak Muda Pantau Negosiasi Solusi Iklim Indonesia di COP 30 
    In News
    Minggu, 9 November 2025
  • Berperahu menuju Pulau Pamujan di Desa Domas, Kabupaten Serang, Banten. Foto Dok. ITB.Pulau Pamujan, Punya Tutupan Mangrove Asri Tetapi Terancam Abrasi
    In Traveling
    Minggu, 9 November 2025
  • Dosen ITB, Andy Yahya Al Hakim, memberikan sosialisasi di Pusat Informasi Geologi Geopark Ijen, 15 September 2025. Foto Tim PPM/ITB.Sumber Air Sekitar Kawah Ijen Tercemar Fluorida, Gigi Warga Kuning dan Keropos
    In IPTEK
    Sabtu, 8 November 2025
  • Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Utusan Khusus Presiden Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo dan Menteri KLH/BPLH Hanif Faisol Nurofiq di Forum COP 30 di Belem, Brasil. Foto Dok. KLH/BPLH.Klaim dan Janji-janji Indonesia di Forum Iklim Global COP30 Belém
    In Lingkungan
    Sabtu, 8 November 2025
wanaloka.com

©2025 Wanaloka Media

  • Tentang
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber

No Result
View All Result
  • Home
  • Lingkungan
  • Sosok
  • News
  • Foto
  • Bencana
  • Traveling
  • IPTEK
  • Rehat
  • Video

©2025 Wanaloka Media